mobil listrik
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
AUSTIN - Perusahaan manajemen aset, Deepwater Asset Management, sebutkan fitur full self-driving (FSD) inovasi Tesla berpotensi akan meningkatkan keuntungan perusahaan US$20 miliar atau sekitar Rp300 triliun (kurs Rp15.000) per tahun. Hal itu terlepas dari fakta yang menyebutkan bahwa FSD juga yang menyebabkan saham perusahaan tidak stabil.
Melansir Markets Insider, mitra pengelola Deepwater Asset Management, Gene Munster, menyebutkan pada pengumuman Elon Musk tentang pendapatan kuartal kedua Tesla, Munster mengonfirmasi bahwa perusahaan milik Elon Musk ini sedang dalam pembicaraan dengan produsen besar untuk melisensikan perangkat lunak FSD yang telah dikembangkan perusahaan ini sendiri.
Melisensikan teknologi FSD Tesla bisa menjadi dorongan besar, karena pesaing cenderung menggunakan teknologi first-to-market daripada menghabiskan uang untuk mengembangkan versi mereka sendiri. Artinya, perusahaan tidak berfokus menghasilkan produk baru namun lebih berfokus pada mendapatkan kepercayaan konsumen dan pangsa pasar.
Saat ini Tesla sudah menerapkan FSD dengan pelanggan harus membayar US$199 (Rp2,98 juta) per bulan untuk meningkatkan teknologi dari basic autopilot ke FSD. Namun Munster menyebutkan perusahaan berpotensi mendapatkan peningkatan pendapatan sebanyak US$4 miliar (Rp60 triliun) jika memotong harganya menjadi US$100 (Rp1,5 juta) per bulan dan melisensikan FSD untuk 25% mobil baru dan truk ringan di pasar.
Munster menambahkan, dalam lima tahun, hal tersebut kemungkinan pendapatan bisa bertambah menjadi US$20 miliar (Rp300 triliun) per tahun. Dalam 10 tahun, Tesla bisa memperoleh pendapatan sebesar US$100 miliar (Rp1,5 kuadriliun), yang artinya lisensi FSD akan menambah 20% tambahan laba operasional.
“Meskipun target ini masih bertahun-tahun lagi, ini menggambarkan peluang lisensi FSD signifikan dan layak untuk ditunggu,” ujar Munster.
Sementara itu, saham Tesla turun 8% pada hari Kamis karena investor khawatir dengan kondisi keuangan perusahaan pada kuartal kedua. Ketakutan tersebut karena melihat margin keuntungan yang lebih rendah karena kebijakan Elon Musk untuk memberikan potongan harga pada produk-produk Tesla.(*)