Dugaan Residu Kimia pada Anggur Shine Muscat, Konsumen Tunggu Hasil Pemeriksaan

2024-10-31T07:50:15.000Z

Penulis:Eva Pardiana

Dugaan Residu Kimia pada Anggur Shine Muscat, Konsumen Tunggu Hasil Pemeriksaan
Dugaan Residu Kimia pada Anggur Shine Muscat, Konsumen Tunggu Hasil Pemeriksaan

BANDAR LAMPUNG – Isu mengenai kandungan zat kimia berbahaya pada anggur Shine Muscat tengah ramai diperbincangkan dan memicu kekhawatiran di kalangan konsumen. Anggur yang selama ini dianggap sebagai pilihan buah sehat, kini dipertanyakan keamanannya setelah muncul laporan mengenai kemungkinan adanya residu bahan kimia berbahaya.

Nurul (20), salah satu warga Bandar Lampung pecinta anggur Shine Muscat, mengungkapkan kekecewaannya. “Harganya mahal, tapi sering beli karena buah baik untuk kesehatan, dan jenis anggur ini rasanya enak. Kaget pas tahu kabarnya anggur itu ada bahan kimianya,” katanya, Rabu (30/10/2024). 

Nurul mengatakan dirinya akan berhenti membeli anggur tersebut sampai ada kepastian dari pihak berwenang bahwa buah itu aman dikonsumsi.

Sementara itu, Mesifah (47), yang pernah mengonsumsi anggur Shine Muscat, mengaku belum mengetahui adanya isu tersebut. Ia berharap ada sosialisasi kepada publik jika terbukti ada temuan residu kimia berbahaya pada anggur Shine Muscat yang beredar di Indonesia. "Pernah makan, tapi enggak tahu kalau ada kabar anggur itu ada kimianya, semoga ada kejelasan agar masyarakat lebih hati-hati,” ujarnya.

Di tengah merebaknya kekhawatiran ini, pantauan di lapangan menunjukkan bahwa respons swalayan terhadap isu ini beragam. Pada Rabu (30/10/2024), Superindo cabang Tirtayasa di Bandar Lampung terlihat masih menjual anggur Shine Muscat, sedangkan di Chandra Superstore di Mall Boemi Kedaton (MBK) tidak nampak adanya anggur ini di etalase buah.

Kabar mengenai potensi kandungan residu kimia dalam anggur Shine Muscat mulai mencuat setelah beberapa laporan media menyebutkan adanya temuan residu pestisida di Thailand. Kandungan bahan kimia ini dikhawatirkan bisa menimbulkan risiko kesehatan jika tidak ditangani dengan serius oleh pihak berwenang. (*)

Reporter: Alyana Herawati & Zahro Aisiah