Defisit Dagang Semakin Lebar, Pertumbuhan Ekonomi AS Diprediksi Terhambat

2023-06-08T11:49:29.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

Defisit perdagangan AS menyentuh jarak paling lebar dalam delapan tahun pada bulan April. Ini terjadi karena impor barang pulih sementara ekspor produk energi menurun.
Defisit perdagangan AS menyentuh jarak paling lebar dalam delapan tahun pada bulan April. Ini terjadi karena impor barang pulih sementara ekspor produk energi menurun.

WASHINGTON- Defisit perdagangan AS menyentuh jarak paling lebar dalam delapan tahun pada bulan April. Ini terjadi karena impor barang pulih sementara ekspor produk energi menurun.

Jika tren ini dipertahankan maka akan mengakibatkan perdagangan menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua.

Mengutip informasi di Reuters Kamis, 8 Juni 2023, peningkatan impor yang dilaporkan oleh Departemen Perdagangan pada hari Rabu merupakan yang terbesar sejak April 2015. Ini mendorong kesenjangan perdagangan ke level tertinggi dalam enam bulan.

Hal tersebut kemudian membuat para ekonom memperkirakan bahwa perdagangan dapat memotong sebanyak 2,5 poin persentase dari produk domestik bruto kuartal ini.

"Persyaratan perdagangan semakin memburuk dan ini akan menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB riil kuartal kedua lebih dekat ke kecepatan 1% di mana hal-hal buruk dapat terjadi dan ekonomi dapat tersandung dan jatuh ke jurang," kata kepala ekonom FWDBONDS, Christopher Rupkey.

Perlu diketahui, defisit perdagangan melonjak 23,0% menjadi US$74,6 miliar atau kisaran Rp1,1 kuadriliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS).

Data bulan Maret direvisi untuk menunjukkan kesenjangan perdagangan menyempit menjadi US$60,6 miliar tau Rp902 triliun dan US$64,2 miliar atau Rp957 triliun yang dilaporkan sebelumnya.

Sebelumnya, Pemerintah merevisi data perdagangan barang dari tahun 2018 sedangkan angka perdagangan jasa direvisi dari tahun 2017.

Tak Sesuai Perkiraan

Revisi tersebut menunjukkan defisit perdagangan tidak sebesar yang diperkirakan sebelumnya pada kuartal pertama.

Akibatnya, para ekonom mengharapkan pemerintah untuk menaikkan perkiraan pertumbuhan PDB untuk kuartal Januari-Maret setinggi 2,3% tingkat tahunan ketika menerbitkan perkiraan ketiga akhir bulan ini.

Revisi data perdagangan mengikuti data pengeluaran konstruksi yang solid minggu lalu. Estimasi kedua pemerintah terhadap PDB kuartal pertama bulan lalu menunjukkan perdagangan tidak memberikan kontribusi pada tingkat pertumbuhan ekonomi 1,3% setelah menambah PDB selama tiga kuartal berturut-turut.

Disesuaikan dengan inflasi, defisit perdagangan barang melonjak 16,5% menjadi US$95,8 miliar pada bulan April.

Goldman Sachs menurunkan estimasi pelacakan pertumbuhan PDB kuartal kedua sebesar setengah poin persentase ke tingkat 1,7%.

Saham di Wall Street sebagian besar diperdagangkan lebih rendah. Dolar tergelincir terhadap beberapa mata uang. Selain itu, harga Treasury AS juga terpantau turun.

Angka Impor Naik

Impor barang di AS diketahui naik 2,0% menjadi US$263,2 miliar atau Rp3,9 kuadriliun di bulan April. Kenaikan impor didorong oleh permintaan kendaraan bermotor, suku cadang dan mesin.

Selain itu, impor barang kebutuhan dan bahan industri juga meningkat. DI sisi lain, impor minyak bumi turun ke level terendah sejak Agustus 2021.

Impor barang konsumen juga tercatat melonjak hingga US$1,8 miliar atau Rp26,8 triliun. Adapun pendorongnya adalah permintaan akan ponsel dan barang rumah tangga lainnya.

Impor makanan mencapai angka terendah sejak Desember 2021. Impor jasa juga turun menjadi US$60,4 miliar (Rp900 triliun).Penurunan sektor ini terbebani oleh penurunan transportasi dan perjalanan.

Meski ada beberapa yang turun, keseluruhan impor meningkat 1,5% menjadi US$323,6 miliar atau Rp4,8 kuadriliun.

Angka Ekspor Anjlok

Di sisi lain, Ekspor barang anjlok 5,3%, terbesar dalam tiga tahun, menjadi US$167,1 miliar atau Rp2,4 kuadriliun. Itu level terendah sejak Februari 2022.

Ekspor terhambat oleh minimnya permintaan global. Meskipun dolar melepaskan beberapa keuntungan di awal tahun setelah kenaikan suku bunga senilai 500 basis poin dari Federal Reserve sejak Maret 2022, greenback telah mendapatkan kembali kekuatannya dalam beberapa pekan terakhir terhadap mata uang mitra dagang utama Amerika Serikat.

Tren itu tentunya bisa membuat barang-barang buatan AS kurang kompetitif di pasar global dalam beberapa bulan ke depan.

"Penguatan baru-baru ini dalam dolar AS yang membebani perdagangan sejak pertengahan April akan memberikan tekanan ke bawah lebih lanjut pada ekspor dan tekanan ke atas pada impor," kata konom AS di Oxford Economics di New York, Matthew Martin

"Fluktuasi dolar mempengaruhi defisit perdagangan dengan kelambatan," tambahnya.

Penurunan ekspor barang di bulan April dipicu oleh penurunan tajam ekspor bahan dan perlengkapan industri, sebagian besar minyak mentah dan bahan bakar minyak.

Ekspor pasokan dan bahan industri, termasuk minyak bumi, merupakan yang terendah sejak November 2021.

Ada juga penurunan besar dalam ekspor barang konsumsi. Ekspor jasa, meningkat ke rekor US$81,9 miliar atau Rp1,2 kuadriliun lantaran bisnis perjalanan dan layanan bisnis lainnya. Tetapi ekspor jasa keuangan dan barang dan jasa pemerintah turun.

Ekspor keseluruhan turun 3,6%, penurunan terbesar dalam tiga tahun, menjadi US$249 miliar atau Rp3,7 kuadriliun. angka tersebut merupakan level terendah sejak Maret 2022. Surplus jasa itu tertinggi sejak Maret 2021.

Defisit perdagangan barang nasional dengan China melebar menjadi US$24,2 miliar atau Rp360 triliun di bulan April dari US$22,6 miliar atau 336 triliun di bulan Maret.