Penulis:Eva Pardiana
BANDAR LAMPUNG – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung berupaya mematahkan stigma bahwa kehidupan di balik jeruji besi selalu menakutkan.
Kepala Lapas Perempuan Bandar Lampung, Ratna Dwi Lestari, menegaskan pihaknya berkomitmen menghadirkan pembinaan yang humanis, kreatif, dan produktif bagi seluruh warga binaan.
“Lapas, terutama lapas perempuan, tidak seseram yang dibayangkan. Di sini banyak program positif yang bisa diikuti warga binaan, mulai dari pengembangan kepribadian, kemandirian, kesenian, hingga olahraga,” ujar Ratna, Rabu (17/9/2025).
Salah satu program unggulan adalah bidang kesenian. Warga binaan mendapat pelatihan memainkan alat musik tradisional, seperti angklung, dengan menghadirkan pelatih khusus dari Yogyakarta.
Selain itu, mereka juga aktif dalam kegiatan UMKM berbasis kerajinan tapis, ciri khas Lampung. “Pembuatan tapis menjadi kerajinan utama. Kami bekerja sama dengan butik tapis sehingga setiap warga binaan memiliki target penyelesaian karya. Hasilnya dipasarkan secara online maupun melalui sales butik,” jelas Ratna.
Selain tapis, ada juga pelatihan membatik dan keterampilan kreatif lainnya. Untuk menambah wawasan, Lapas menyediakan perpustakaan online yang bisa diakses dengan pengawasan petugas. Ada pula wartel khusus kemasyarakatan untuk berkomunikasi dengan keluarga sesuai aturan.
Kegiatan produktif biasanya berlangsung pukul 08.00–13.00 WIB, diselingi waktu ibadah. Pada sore hari sekitar pukul 17.00 WIB, warga binaan kembali ke kamar masing-masing.
Saat ini terdapat 222 warga binaan dan 4 bayi yang berada di Lapas Perempuan Bandar Lampung. Negara tetap menjamin hak-hak perempuan, termasuk hak ibu untuk mendampingi anaknya hingga usia tiga tahun, terutama bagi mereka yang masuk dalam kondisi hamil.
Selain keterampilan, pembinaan keagamaan juga menjadi perhatian. Warga binaan dibimbing membaca Al-Qur’an dan mengikuti kegiatan rohani lainnya.
Ratna menambahkan, pembinaan tidak berhenti saat warga binaan bebas. “Bagi yang sudah mendapatkan integrasi tetap dimonitor oleh Balai Pemasyarakatan. Jadi, mereka tetap diarahkan agar melakukan kegiatan positif setelah keluar dari sini,” tuturnya.
Dengan berbagai program tersebut, Lapas Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung bukan hanya tempat menjalani hukuman, melainkan wadah pembinaan untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi para warga binaan. (*)