Cerita Mitra Binaan PTPN VII, Kain Plisket Siswoyo Jadi Nilai Tambah Usaha

2023-08-01T11:20:45.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

Siswoyo Mitra Binaan PTPN VII
Siswoyo Mitra Binaan PTPN VII

BANDAR LAMPUNG - Pada tahun 1991 Siswoyo memulai masa produktifnya. Menyadari ijazahnya tak cukup kuat untuk mengantar kepada pekerjaan kantoran, ia melangkah peruntungan rezekinya dengan jualan gorden.

Tetangganya berbagi pekerjaan itu dengan keliling lorong-lorong gang di Bandar Lampung untuk menjual aneka kain penutup pintu-jendela itu.

“Awalnya saya diajak dagang hordeng (gorden) keliling. Sampai tiga tahun. Setelah saya paham betul model bisnisnya, saya beranikan bikin sendiri dan jual sendiri. Usaha saya semakin maju dan pesanan mulai banyak. Lalu, saya mengajukan pinjaman dari PTPN VII dan dapat Rp15 juta. Sejak saat itu Alhamdulillah bisnis saya lancar,” kata kata Siswoyo akhir Juli lalu.

Niat dan tekad bulat belajar dan memberi nilai tambah kepada suatu karya diyakini Siswoyo akan menjadi keunggulan dalam bekerja. Dia mengatakan, dengan kebisaan menjahit sendiri, membuat plisket sendiri, dan pengetahuan cara pemasaran, ia tak perlu lagi keliling kampung untuk memasarkan produknya. Dari ruang keluarga, ruang tamu, hingga terasnya kemudian menjadi rumah produksi yang memasok aneka jenis gorden kepada toko-toko dan reseller lainnya.

“Kuncinya menjaga kualitas bahan sesuai pesanan dan mutu pekerjaan. Kalau itu bisa kita pertahankan, insyaalloh usaha kita akan langgeng,” kata dia.

Keberhasilan usaha Siswoyo tak terlepas dari ketersediaan modal usaha. Mendengar ada program Mitra Binaan dari PTPN VII, ia memberanikan diri membuat proposal pinjaman sebagai mitra binaan.

“Alhamdulillah sampai saat ini PTPN VII masih perhatian kepada kami pelaku usaha kecil. Saya dapat pinjaman lagi Rp25 juta untuk pengembangan usaha. Kami sangat terbantu karena pinjaman tidak berbunga, hanya ada biaya administrasi, dan masa pengembaliannya tidak mengikat (longgar)," kata dia.

Seiring waktu, usaha Siswoyo terus berkembang. Produk yang dia hasilkan tidak hanya beredar di Bandar Lampung, tetapi sampai memasok toko-toko di luar kota. Omsetnya juga terus bertambah, terlebih menjelang Lebaran dan hari besar lainnya.

“Saya sangat bersyukur menjadi mitra binaan PTPN VII. Selain mendapat pinjaman modal usaha, kami juga mendapat pelatihan manajemen dan seluk-beluk usaha. Pada beberapa even kami juga diajak bergabung untuk memasarkan produk. Saya juga bertambah relasi dari para karyawan PTPN VII,” tambah Siswoyo.

Siswoyo mengakui, saat terjadi pandemi virus corona, omsetnya menurun tajam. Dalam beberapa bulan sempat tidak ada pesanan. Namun, seiring membaiknya kondisi perekonomian, kini mulai lancar kembali.

Tentang produk yang dihasilkan, Siswoyo membuka harga mulai dari harga Rp65 ribu hingga 90 ribu per meter. Untuk gorden jenis plisket ada tambahan harga dari Rp35 ribu – Rp 45 ribu per meter. Sedangkan untuk jenis gorden smokring harganya bisa mencapai Rp500 ribu hingga Rp700 ribu untuk ukuran 1 m x 1,4 meter.

Tempat usaha yang berlokasi di Jl Danau Towoti Gg Inabah No 161 Kedaton ini, saat ini tidak hanya menjadi produksi gorden saja. Siswoyo juga membuat taplak meja, sarung bantal kursi, dan lain lain dengan bahan baku kain sisa potongan dari konveksi.Artinya, kainnya masih baru tetapi sisa potongan. Alhamdulillah, dengan memanfaatkan kain limbah bisa menambah pendapatan.”kata dia.

Meski sudah spesialis gorden, Siswoyo tetap mencari prospek lain. Kini, bersama anaknya, ia mengembangkan budidaya magot. Magot yang dihasilkan dijual untuk pakan ternak di daerah Kemiling dan Natar. (*)