Cara Terapkan Manajemen ESG Dalam Industri Logistik

2023-08-05T13:51:54.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

Industri logistik merupakan penggerak utama yang memungkinkan terwujudnya rantai nilai global.
Industri logistik merupakan penggerak utama yang memungkinkan terwujudnya rantai nilai global.

JAKARTA - Industri logistik merupakan penggerak utama yang memungkinkan terwujudnya rantai nilai global. Oleh sebab itu, industri tersebut harus tanggap terhadap lingkungan manajemen global dan situasi politik/ekonomi. 

Seiring dengan kesadaran lingkungan, industri logistik, sebagai pendorong utama rantai nilai global, harus secara strategis mendekati ‘manajemen ESG’ untuk memperkuat daya saing yang selaras dengan perkembangan zaman.

Lalu bagaimana mencapai penerapan ESG yang efektif di bidang logistik? Berikut ulasan TrenAsia.com jaringan Kabarsiger.com yang disarikan dari berbagai sumber, Kamis 3 Agustus 2023. 

Konsensus Regulasi untuk Pengelolaan Lingkungan

Konsensus di seluruh dunia dicapai untuk mengupayakan netralitas karbon dan pengelolaan berkelanjutan, serta pengaruh perlindungan lingkungan terhadap industri dan daya saing nasional semakin meningkat.

Dalam kasus perusahaan, mereka dapat meningkatkan produktivitas pengelolaan lingkungan melalui kampanye lingkungan seperti RE100 dan sistem manajemen lingkungan ISO. Perusahaan juga dapat secara sukarela berpartisipasi dalam membangun model bisnis ramah lingkungan terdepan di pasar.

Industri logistik secara aktif menangani perubahan pasar semacam ini dengan membagi penanggulangan menjadi 5 bidang seperti transportasi ramah lingkungan dan konversi moda transportasi.

1. Transportasi Ramah Lingkungan

Dari perspektif konsumsi energi, transportasi merupakan bidang usaha yang secara langsung dipengaruhi emisi gas rumah kaca (GHG) dan netralitas karbon. Kata kunci utama di sektor transportasi meliputi meliputi pengurangan GHG, peningkatan efisiensi energi, dan polusi udara serta pengelolaan zat berbahaya.

Upaya perusahaan untuk mengatasi hal ini adalah konversi ke moda transportasi ramah lingkungan rendah karbon dan optimalisasi penggunaan sumber daya.

2. Konversi Mode Transportasi

Untuk mengurangi emisi karbon secara efektif dan meningkatkan efisiensi energi dengan mempertimbangkan sistem transportasi konstitusional, perubahan intensif terjadi pada transportasi jalan raya dan laut.

Transportasi dan pengiriman jalan raya yang berfokus pada kendaraan kini secara bertahap beralih ke kendaraan ramah lingkungan yang menggunakan hidrogen, listrik, gas alam cair.

Bahkan di sektor transportasi maritim, upaya terus dilakukan untuk mengembangkan kapal ramah lingkungan yang menggunakan metanol, LNG, amoniak, listrik dan meningkatkan operasinya untuk mencapai target pengurangan emisi karbon.

3. Optimalisasi Penggunaan Sumber Daya

Upaya paling aktif adalah mengurangi energi dan emisi karbon dengan cara mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang ada, seperti mengurangi operasi kosong dengan meningkatkan faktor beban kendaraan angkutan jalan melalui konsolidasi logistik.

Konversi transportasi ke laut dan rel kereta api dianggap sebagai alternatif untuk mengurangi emisi karbon dari transportasi jalan berbasis diesel. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya sosial dengan melakukan konversi sebagian. Transportasi laut dan kereta api menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca dibandingkan dengan transportasi darat.

4. Pengemasan, Distribusi, dan Pemrosesan yang Ramah Lingkungan

Pembuangan limbah setelah pengemasan yang berlebihan telah menjadi penghalang lingkungan yang representatif. Untuk mengatasinya, penggunaan vinyl, plastik, styrofoam, dan lainnya dikurangi dengan beralih ke bahan ramah lingkungan yang dapat terurai secara hayati untuk kotak, penyangga, pita perekat, dan sebagainya.

5. Logistik Terbalik

Logistik terbalik harus digunakan secara aktif untuk melindungi lingkungan dengan barang-barang yang tidak terlalu berbahaya dan dapat didaur ulang. Fungsi logistik perlu diperluas untuk mewujudkan ekonomi sirkular sumber daya dengan menghubungkan dengan industri limbah.

Sosial dan Tata Kelola

Fokus upaya perusahaan terletak pada penciptaan nilai-nilai yang dapat dikuantifikasi seperti jenis pekerjaan, kelompok umur, dan jumlah anggota. Di bidang tata kelola, kinerja manajemen yang transparan dan beretika dikuantifikasi dengan kegiatan promosi besar-besaran.

Hal itu seperti pembentukan Komite ESG, rapat tinjauan implementasi manajemen ESG, dan jumlah tinjauan transaksi internal setelah Peraturan Monopoli dan Undang-Undang Perdagangan yang Adil. Upaya di bidang sosial dan tata kelola meningkatkan stabilitas dan transparansi manajemen. 

Pada akhirnya, hal tersebut dapat mengarah pada berbagai kinerja termasuk penguatan kompetensi di industri logistik dan perusahaan melalui koeksistensi dengan masyarakat lokal, penyelesaian kecelakaan keselamatan kronis, perbaikan lingkungan kerja, perluasan nilai-nilai perusahaan, dan lain sebagainya.