Bank Syariah Indonesia
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Yunike Purnama
JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI akan melakukan aksi korporasi untuk penambahan modal melalui mekanisme rights issue dengan nilai Rp5 triliun pada kuartal III 2022. Aksi korporasi itu pun untuk memenuhi aturan free float dan ekspansi bisnis perseroan.
Menurut Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo yang akrab disapa Tiko, ada beberapa faktor pendorong di balik aksi korporasi tersebut. BSI akan didorong meningkatkan pangsa pasar di perbankan syariah dari 7% menjadi setidaknya 10%.
BSI pun perlu memperluas jaringan sehingga jangkauan bisnisnya lebih luas dan menjadi bank syariah yang universal. Sebagai bank syariah komersial, kecepatan layanan melalui fitur produk BSI pun perlu ditingkatkan dengan tanpa mengurangi aspek kenyamanan. Hal itu dilakukan BSI salah satunya untuk menggaet nasabah milenial yang memang meningkat tajam.
"Rights issue BSI kita siapkan Rp5 triliun bahkan lebih dari pemegang saham eksisting, Bank Mandiri, BNI, dan BRI. BSI pun dapat menjadi bank syariah yang lebih modern dan dapat memenuhi kebutuhan generasi milenial. Harapannya akuisisi customer baru lebih cepat," kata Tiko menjelaskan dikutip Senin, 23 Mei 2022.
Adapun batas minimal free float atau saham publik yang beredar sebesar 7,5%. Dalam laman resmi BSI disebut, komposisi pemegang saham BSI saat ini yaitu PT Bank Mandiri (persero) Tbk sebesar 50,95%, PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk sebanyak 24,91%, dan PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk sejumlah 17,29%.
Sisanya yaitu DPLK BRI sekitar 1,83%, BNI Life Insurance hanya 0,01%, serta pemegang saham lain dengan kepemilikan kurang dari 5% termasuk publik baru sekitar 7,08%.
Tiko lanjut menjelaskan bahwa aksi korporasi itu tak terlepas dari upaya mewujudkan visi BSI menjadi Top 10 Global Islamic Bank berdasarkan kapitalisasi pasar pada 2025. BSI menjadi instrumen utama bagi Indonesia untuk menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia.
Sebelumnya, pada 13 Mei lalu BSI resmi membuka Representative Office BSI di Dubai, Uni Emirat Arab, sebagai realisasi program BUMN Go Global. Menurutnya, ini merupakan langkah awal menghubungkan perbankan dan keuangan Indonesia dengan pusat-pusat keuangan syariah dunia. Ini juga memperdalam penetrasi ekspor ke Afrika dan negara-negara Arab.
Pihaknya pun berharap BSI mengoptimalkan potensi bisnis di Dubai yaitu menjadi jembatan penghubung antara Indonesia dan investor global untuk menginvestasikan dana mereka pada proyek-proyek pemerintah seperti Ibu Kota Negara Baru (IKN), proyek strategis BUMN, dan proyek infrastruktur, serta industri keuangan yang berkelanjutan di Tanah Air.
"Ke Uni Emirat Arab bahwa kita harus selalu reach up dengan customer dan investor global. Ini merupakan transformasi dan inovasi di BUMN," ujarnya menekankan. (*)