Bisakah Chatbot Bisa Menggantikan Psikiater?

2023-07-30T06:32:40.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

Berbicara dengan chatbot terkait masalah kesehatan mental menjadi semakin umum untuk dilakukan.
Berbicara dengan chatbot terkait masalah kesehatan mental menjadi semakin umum untuk dilakukan.

BANDARLAMPUNG - Berbicara dengan chatbot terkait masalah kesehatan mental menjadi semakin umum untuk dilakukan.

Walau banyak yang setuju bahwa chatbot mungkin dapat mendukung tetapi bukan pengganti profesional kesehatan mental, tetap saja ada kekhawatiran bahwa unsur manusia dalam perawatan kesehatan mental akan menghilang.

Dikutip TrenAsia.com dari laman resmi Psychology Today pada Kamis, 27 Juli 2023 penulis penelitian di Psychiatric Times bernama Dr. Pratt bertanya kepada ChatGPT bagaimana ia bisa menggantikan psikiater.E

“Sebagai seorang AI, saya dapat membantu dengan berbagai cara, tetapi saya harus mengklarifikasi bahwa saya tidak dapat sepenuhnya menggantikan psikiater manusia,” ujar ChatGPT menjawab pertanyaan tersebut.

Pertanyaan tentang mengganti psikiater dengan robot mungkin tampak sedikit aneh. Namun, pada tahun 2017, sebuah artikel yang diterbitkan di JAMA menyebut jutaan pasien di AS dan dunia telah mendiskusikan tantangan kesehatan mental mereka dengan program perangkat lunak seperti “Gabby”.

Chatbot Kesehatan Mental

Sejak saat itu, sejumlah chatbot kesehatan mental populer telah diluncurkan, termasuk Woebot, Wysa, dan Youper. Wysa mengklaim telah "melakukan lebih dari setengah miliar percakapan obrolan AI dengan lebih dari lima juta orang tentang kesehatan mental mereka di 95 negara." Sedangkan Youper mengklaim telah "mendukung kesehatan mental lebih dari dua juta orang".

Dalam survei nasional tahun 2021 yang dilakukan oleh Woebot Health, 22% orang dewasa melaporkan telah menggunakan chatbot kesehatan mental. Sebanyak 60% mengatakan mereka mulai menggunakan ini selama pandemi dan 44% mengatakan mereka menggunakan chatbots secara eksklusif, tanpa menemui profesional kesehatan mental. Sedangkan 47% lainnya mengatakan mereka akan tertarik menggunakan chatbot terapeutik jika mereka merasa membutuhkan bantuan.

ChatGPT tidak dirancang sebagai alat kesehatan mental, namun beberapa postingan di situs media sosial, seperti Reddit menyarankan Anda untuk menggunakan chatbot dengan skenario hipotetis.

Contohnya untuk "melatih (ChatGPT) untuk menjadi seorang terapis," menurut sebuah situs beranam Blog ChatGPT, langkah yang perlu Anda lakukan pertama-tama adalah memberikannya instruksi tentang peran yang harus diadopsi.

Misalnya "Anda adalah Dr. Tessa, seorang terapis yang penuh kasih dan ramah ... Tunjukkan minat yang tulus ... Ajukan pertanyaan yang bijaksana untuk merangsang refleksi diri." Kemudian, pengguna mulai membagikan kekhawatirannya.

Apa yang Dapat dan Tidak Dapat Dilakukan Chatbot

Diskusi di media populer dan literatur akademik mengidentifikasi beberapa kemungkinan chatbots dapat mendukung perawatan kesehatan mental. Tetapi konsensusnya adalah, meskipun alat-alat ini dapat berfungsi sebagai peran tambahan, mereka bukanlah pengganti para profesional.

Menurut laporan ChatGPT, yang dapat dilakukannya adalah membantu aspek perawatan yang melibatkan tugas administratif atau pengumpulan data. Seperti memberikan informasi tentang gangguan dan terapi, mengelola kuesioner skrining, dan menganalisis pola dalam efektivitas atau gejala pengobatan.

Dan apa yang tidak bisa direplikasi adalah "elemen manusia" dari perawatan. ChatGPT melaporkan bahwa pekerjaan psikiater melibatkan "hubungan manusia" dan "memahami nuansa pengalaman individu dan konteks budaya."

Psikiater mampu “menggabungkan aspek medis, psikologis, dan sosial dari kesehatan mental untuk mendiagnosis dan merawat pasien mereka.”

“Psikiater dapat berempati dengan pasien dengan cara yang sangat pribadi, memahami emosi dan pengalaman yang kompleks.”

“Psikiater mengambil pandangan holistik tentang kesehatan seseorang. Mereka dapat melihat kesehatan fisik, gaya hidup, keadaan pribadi, dan masalah sosial yang lebih luas, yang semuanya dapat berdampak pada kesehatan mental.”(*)