BI: Perekonomian Lampung Tetap Tumbuh Kuat pada Triwulan III 2021

2021-11-06T19:52:15.000Z

Penulis:Eva Pardiana

Editor:Eva Pardiana

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung di Jalan Sultan Hasanudin No.38, Telukbetung Utara, Bandarlampung.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung di Jalan Sultan Hasanudin No.38, Telukbetung Utara, Bandarlampung.

BANDARLAMPUNG – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Lampung menyebut kinerja ekonomi Lampung triwulan III 2021 tetap kuat dengan pertumbuhan sebesar 3,05% (yoy).

Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung, Yura A Djalins memaparkan realisasi pertumbuhan tersebut tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III 2020 yang terkontraksi sebesar 2,41% (yoy). Secara nominal, perekonomian Lampung pada triwulan III 2021 berdasarkan ADHK 2010 (Atas Dasar Harga Konstan) sebesar Rp64,44 triliun.

"Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Lampung ditopang oleh peningkatan kinerja ekspor serta komponen pengeluaran lainnya yang masih tumbuh positif. Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan (19,94% yoy) yang dipengaruhi oleh masih berlanjutnya perbaikan kinerja perekonomian negara mitra dagang utama," jelas Yura dalam keterangan resmi yang diterima KabarSiger.com, Sabtu (6/11/2021).

Adapun peningkatan ekspor didorong oleh peningkatan volume ekspor batu bara, kokas, dan briket (105,36%, yoy), lemak dan minyak hewan/nabati (31,97%, yoy), ikan dan udang (35,18%, yoy), berbagai makanan olahan (28,34%, yoy), dan ampas/sisa industri makanan (26,59%, yoy).

Kinerja investasi tumbuh positif sebesar 3,63% (yoy), meski melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Adapun pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan sektor konstruksi dan realisasi pengadaan semen yang tumbuh sebesar 7,00% (yoy), melambat jika dibandingkan dengan triwulan lalu (12,56%, yoy).

Selanjutnya, konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 2,00% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,34% (yoy), dipengaruhi oleh penurunan realisasi belanja pegawai dan belanja modal APBD, yang masing-masing terkontraksi sebesar 7,36% (yoy) dan 15,46% (yoy).

Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh melambat dari 5,06% (yoy) pada triwulan II 2021 menjadi 2,01% (yoy) pada triwulan III 2021 yang dipengaruhi oleh terbatasnya mobilitas masyarakat akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Di sisi Lapangan Usaha (LU), pertumbuhan perekonomian Provinsi Lampung ditopang oleh tetap kuatnya kinerja sebagian besar LU. Adapun pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh kinerja positif dari 2 (dua) LU utama Lampung yakni Industri Pengolahan (19,7% PDRB) dan perdagangan (11,4% PDRB) yang tumbuh masing-masing sebesar 7,23% (yoy) dan 10,23% (yoy).

Upaya Jaga Kinerja Ekonomi di Tengah Pandemi

Dalam rangka menjaga momentum perbaikan sekaligus peningkatan kinerja ekonomi di tengah pandemi Covid-19, KPw BI Provinsi Lampung menilai diperlukan upaya bersama seluruh pihak. Pertama, penguatan kolaborasi penanganan Covid-19 untuk peningkatan percepatan vaksinasi, jumlah testing dan tracing, serta pembatasan mobilitas.

Kedua, mendorong sinergi pemulihan dan penguatan struktur industri manufaktur dalam menopang pertumbuhan ekonomi yang kuat, seimbang, dan berkelanjutan melalui delapan langkah strategis.

Ketiga, mendorong konsumsi rumah tangga dengan meningkatkan daya beli masyarakat dapat dilakukan dengan memaksimalkan percepatan pemanfaatan dana desa, realisasi bantuan sosial/subsidi dan program perbaikan kesejahteraan terutama yang menyasar pada UMKM dan MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah).

Keempat, mendorong pertumbuhan investasi dengan menjaga persepsi positif investor swasta. Hal tersebut dapat dilakukan melalui perbaikan iklim kemudahan berusaha termasuk aspek informasi (transparansi, kemudahan akses, kelengkapan, kekinian dan akurasi); aspek regulasi (kepastian, kejelasan, keselarasan, sederhana dan insentif investasi); aspek komunikasi dan program (strategi promosi dengan public relation yang handal, jejaring investor domestik dan internasional yang luas, serta visi, program dan timeline yang jelas); serta memperkuat sinergi antar Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan terkait investasi, salah satunya melalui pembangunan kawasan industri dengan infrastruktur yang memadai sehingga dapat menarik minat investor.

Kelima, identifikasi potensi sumber-sumber baru pertumbuhan ekonomi antara lain melalui optimalisasi Local Value Chain (LVC) sebagai strategi dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi di daerah, dan tidak terbatas pada sektor pertanian pangan, namun termasuk sektor lainnya yaitu pertambangan, perkebunan, dan industri.

Penguatan LVC tersebut di antaranya dengan membentuk klaster-klaster ekonomi baru atau eksosistem dimana korporasi dapat berperan sebagai aggregator dan offtaker. Keenam, pemantauan indikator terkini ekonomi daerah (Early Warning System) yang akurat dan terkini untuk memantau denyut perekonomian daerah. (*)