Bank Mandiri Prediksi Empat Sektor Ini Jadi Pendongkrak Kredit

2024-02-02T13:31:12.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

IMG_5749.webp

JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) memproyeksikan sejumlah sektor yang dinilai dapat menjadi pendongkrak penyaluran kredit pada tahun 2024. 

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyampaikan, ada empat sektor yang diproyeksikan dapat mendongkrak penyaluran kredit tahun ini. 

Sejumlah sektor diidentifikasi sebagai sumber potensial pertumbuhan kredit pada tahun 2024, termasuk industri makanan minuman, kesehatan, pertanian, dan perkebunan. Bank Mandiri juga memproyeksikan sektor yang mendukung prinsip environmental, social, and governance (ESG) akan mengalami pertumbuhan signifikan. 

Darmawan juga menyatakan optimisme Bank Mandiri dengan proyeksi kredit tumbuh dalam kisaran 13%-15%. Selain itu, bank ini juga memproyeksikan kinerja margin bunga bersih (NIM) berada di level 5,3%-5,5% pada tahun 2024. 

"Secara konsolidasi, kami targetkan kredit tumbuh di kisaran 13%-15%," kata Darmawan dalam konferensi pers paparan kinerja Bank Mandiri, Rabu, 31 Januari 2024. 

Bank Mandiri telah merumuskan beberapa strategi untuk mencapai target kreditnya. Salah satunya adalah penguatan kompetensi dalam penyaluran kredit di segmen wholesale dengan melakukan pendekatan value chain di berbagai sektor unggulan. 

Darmawan juga menekankan pentingnya sinergi dengan anak usaha, termasuk strategi cross selling untuk meraih pertumbuhan bisnis pada tahun 2024. 

Untuk diketahui, Bank Mandiri mencatat laba bersih konsolidasi sebesar Rp55,1 triliun selama tahun 2023, mencatat lonjakan sebesar 33,7%. 

Prestasi ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 9,08% yoy menjadi Rp9,89 triliun. Selama tahun 2023, Bank Mandiri berhasil mencatatkan kredit sebesar Rp1.398 triliun, mencapai pertumbuhan sebesar 16,3% yoy. Hal ini mengakibatkan aset bank tumbuh menjadi Rp2.174 triliun, meningkat sebesar 9,12% yoy. 

Di sisi lain, pendapatan non-bunga Bank Mandiri juga mengalami peningkatan signifikan sebesar 15,5% yoy menjadi Rp40,65 triliun. Sementara itu, beban operasional mencatatkan kenaikan sebesar 1,14% yoy menjadi Rp53,87 triliun.(*)