Bank Indonesia
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) pada 1 September 2023 telah merilis data inflasi Harga Perdagangan Besar (HPB) untuk bulan Agustus 2023. Laporan tersebut menyatakan terjadi tren penurunan inflasi dari bulan ke bulan (m-to-m) dari Agustus 2023 terhadap Juli 2023.
Tercatat inflasi HPB (m-to-m) pada bulan Agustus 2023 adalah sebesar 0,04%. Angka tersebut menjadi yang paling kecil selama periode Januari-Agustus 2023 sekaligus melanjutkan tren penurunan angka inflasi.
Inflasi (m-to-m) 2023 mengalami tren penurunan yang dimulai dari Januari 2023 yang juga mengalami penurunan dari Desember 2022. Pada Januari 2023, angka inflasi HPB tercatat sebesar 0,57% yang mengalami fluktuasi namun dengan tren menurun hingga bulan-bulan selanjutnya.
Pada Februari 2023, angka inflasi HPB tercatat sebesar 0,32% atau turun sebesar 25% dari bulan sebelumnya. Pada Maret 2023, terjadi penurunan lagi dengan mencatatkan inflasi HPB sebesar 0,27% atau turun 0,05% dari bulan sebelumnya.
Selanjutnya pada April 2023, terjadi penurunan inflasi HPB dengan mencatatkan inflasi HPB sebesar 0,13% atau turun 0,14% dari bulan Maret. Pada Mei terjadi peningkatan inflasi HPB sebesar 0,07% menjadi 0,20% namun kembali turun pada level yang sama seperti bulan April pada Juni 2023. Pada Juli 2023, tercatat kenaikan inflasi HPB sebesar 0,03% menjadi 0,16% dan kemudian turun secara signifikan pada bulan Agustus yang mencatatkan inflasi HPB sebesar 0,04% saja.
Inflasi HPB tahun ke tahun (y-to-y) juga mencatatkan penurunan pada Agustus 2023 ini. Inflasi HPB pada Agustus 2023 tercatat sebesar 3,72%. Menurun dibandingkan dengan periode yang sama pada Agustus 2022 yang mencatatkan inflasi HPB sebesar 5,13%.
Namun sebenarnya sektor-sektor HPB hampir seluruhnya mengalami deflasi. Pada sektor pertanian, tercatat mengalami deflasi (m-to-m) sebesar 0,13%. Pada sektor pertambangan dan penggalian, tercatat deflasi mencapai 1,11%. Dan hanya sektor industri yang mencatatkan inflasi yang tidak tinggi yaitu hanya sebesar 0,09%.
Sektor industri menjadi sektor dengan andil inflasi HPB (m-to-m) yang paling tinggi dengan mencatatkan andil sebesar 0,07%. Sedangkan sektor lainnya mencatatkan andil -0,02% untuk sektor pertanian, dan -0,01% untuk sektor pertambangan dan penggalian.
Sedangkan, untuk inflasi HPB kelompok bangunan atau konstruksi mencatatkan inflasi HPB (m-to-m) yang sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 0,08%.
Perkembangan inflasi HPB (m-to-m) menurut jenis bangunan mayoritas mengalami inflasi yang tidak signifikan. Pada jenis bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal tercatat mengalami deflasi sebesar 0,09%. Bangunan pekerjaan umum untuk pertanian mengalami inflasi sebesar 0,27%. Bangunan pekerjaan umum untuk jalan, jembatan dan pelabuhan mengalami inflasi sebesar 0,20%. Bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi mengalami deflasi sebesar 0,15%. Serta bangunan lainnya mengalami inflasi sebesar 0,08%.
Akibatnya, sejumlah komoditas mengalami perubahan harga. Komoditas yang mengalami peningkatan harga adalah Solar (0,15%), batu fonasi bangunan (0,05%), dan pasir (0,02%). Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan adalah besi beton (-0,05%), aspal (-0,04%), dan besi konstruksi bangunan (-0,03%).(*)