WEF: Metaverse Beri Keleluasaan Anak Adopsi Perilaku Menyimpang
Eva Pardiana - Rabu, 08 Juni 2022 18:03JAKARTA – Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) mengingatkan risiko metaverse atau ruang virtual bagi anak-anak muda.
Dalam artikel yang ditulis sebagai bagian dari pertemuan forum Davos 2022, Mark Read, CEO perusahaan periklanan, relasi publik, dan teknologi WPP plc, mengatakan bahwa metaverse sebagai dunia alternatif berbentuk aplikasi game akan lebih menarik perhatian anak-anak muda.
Masalahnya, metaverse dalam kondisi tertentu dapat memberikan keleluasaan anak-anak muda untuk mengadopsi perilaku yang menyimpang karena ruang yang ditawarkan begitu luas dan kompleks.
- Pengumuman Hasil Rekrutmen BUMN 2022 Diundur, Ini Jadwal Terbaru
- Rabu Sore IHSG Ditutup Menguat 0,73 Persen ke Level 7.193
- Sinopsis 'Ms. Marvel', Tayang Hari Ini di Disney+
"Mereka menyaksikan perilaku yang luas, termasuk pelecehan jika mereka tidak dipantau. Pemantauan itu sendiri menjadi lebih jauh dari sekadar tantangan,” tulis Read dikutip Rabu, 8 Juni 2022.
Berdasarkan hasil survei dari Wunderman Thompson, agensi pemasaran global di New York, Amerika Serikat, ditemukan bahwa 72% orang tua mengetahui apa itu metaverse dan mengkhawatirkan privasi anak-anak di dalamnya sementara 66% khawatir akan keselamatan mereka.
Beberapa perusahaan pengembang pada saat ini memang memproduksi metaverse yang didesain untuk memberikan perlindungan khusus untuk anak-anak.
Walau demikian, dalam ruang metaverse multikoneksi atau multimetaverse yang menggabungkan banyak ruang virtual dalam satu dimensi, perlindungan itu tidak akan berlaku lagi jika desainnya masih dirancang dengan cara yang sama.
"Kita harus belajar bagaimana merancang algoritma dan model bisnis yang lebih baik, dan melakukan intervensi dengan baik," kata Read.
Read pun mengatakan, antisipasi terhadap perilaku-perilaku di metaverse harus menjadi perhatian dari pihak pengembang.
"Metaverse memungkinkan pengalaman dan tindakan digital 3D yang imersif dan belum pernah ada sebelumnya, tetapi kami juga melihat serangkaian perilaku baru dan beberapa di antaranya mengkhawatirkan serta banyak di antaranya seharusnya tidak mengejutkan kami,” jelas Read.
- Dukung Pembangunan ITERA, Kementerian PUPR Kucurkan Dana Ratusan Miliar
- BRIN Sebut Idul Adha 1443 H Berpotensi Beda Tanggal
- Kebun Raya ITERA Jadi Kebun Raya Ke-2 di Indonesia yang Dikelola Perguruan Tinggi
Saat ini, beberapa perusahaan, termasuk Meta Platform Inc., sudah berencana untuk menggabungkan metaverse-metaverse dalam satu platform sehingga akses informasi pun akan semakin luas.
Keluasan informasi itulah yang dikhawatirkan WEF akan menjadi penyebab sulitnya pemantauan terhadap perilaku-perilaku yang menyimpang dan tidak pantas untuk anak-anak.
Oleh karena itu, WEF pun menegaskan bahwa dalam pengembangan metaverse, keamanan atau perlindungan bagi anak-anak harus menjadi prioritas. (TA)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 07 Jun 2022