Utang Luar Negeri RI Turun Jadi Rp 5.983,4 Triliun

Yunike Purnama - Selasa, 18 Juli 2023 05:55
Utang Luar Negeri RI Turun Jadi Rp 5.983,4 TriliunIlustrasi logo Bank Indonesia (sumber: TrenAsia)

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri Indonesia pada Mei 2023 turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Dengan penurunan tersebut, pemerintah akan terus memantau kinerja utang luar negeri hingga ke depan. 

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, posisi utang luar negeri Indonesia pada sebesar US$ 398,3 miliar atau setara Rp 5.983,4 triliun pada Mei 2023. Nilai ini turun dibandingkan dengan posisi April 2023 sebesar US$ 403,0 miliar.

"Dengan perkembangan tersebut, utang luar negeri Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi 1,7% yoy, lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 1,3% yoy. Kontraksi pertumbuhan utang luar negeri ini terutama bersumber dari penurunan utang luar negeri sektor swasta," ujarnya dalam keterangan resmi.

Sementara itu, utang luar negeri pemerintah menurun dibandingkan dengan bulan lalu. Posisi utang luar negeri pemerintah pada akhir Mei 2023 tercatat sebesar US$ 192,6 miliar, turun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar US$ 194,1 miliar, atau secara tahunan tumbuh 2,3% yoy.

Erwin menjelasakan, penurunan posisi utang luar negeri pemerintah disebabkan oleh pembayaran neto pinjaman luar negeri dan beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang jatuh tempo.

"Pemerintah tetap berkomitmen mengelola utang luar negeri secara hati-hati, efisien, dan akuntabel, termasuk menjaga kredibilitas dalam memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga secara tepat waktu," ungkapnya.

Sebagai salah satu komponen dalam instrumen pembiayaan APBN, pemanfaatan utang luar negeri pemerintah terus diarahkan untuk mendukung upaya pemerintah dalam pembiayaan sektor produktif dan belanja prioritas, khususnya dalam rangka menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid di tengah ketidakpastian perekonomian global.

Dukungan utang luar negeri tersebut mencakup antara lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (24,1% dari total utang luar negeri pemerintah), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,9%), jasa pendidikan (16,8%), konstruksi (14,2%), serta jasa keuangan dan asuransi (10,2%).

"Posisi utang luar negeri pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh utang luar negeri memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,8% dari total utang luar negeri pemerintah," kata Erwin.

Utang luar negeri swasta juga menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hingga Mei 2023, posisi utang luar negeri swasta mencapai US$ 196,5 miliar, turun dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya sebesar US$ 199,5 miliar.

Secara tahunan, utang luar negeri swasta juga mengalami kontraksi sebesar 5,8% yoy, lebih dalam dibandingkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 4,6% yoy.

Erwin menjelaskan, kontraksi utang luar negeri swasta ini dikontribusikan oleh semakin turunnya utang luar negeri perusahaan bukan lembaga keuangan dan lembaga keuangan yang masing-masing mengalami berkontraksi 5,3% yoy dan 7,6% yoy, dibandingkan dengan kontraksi 4,8% yoy dan 3,9% yoy pada bulan lalu.

Berdasarkan sektor ekonomi, utang luar negeri swasta, terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, industri pengolahan, pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 78,0% dari total utang luar negeri swasta.

"Utang luar negeri swasta juga tetap didominasi oleh utang luar negeri jangka panjang dengan pangsa mencapai 74,8% terhadap total utang luar negeri swasta," terang Erwin.

Sementara itu, struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

Erwin mengatakan, utang luar negeri Indonesia tetap terkendali, tecermin dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 29,7% pada Mei 2023 dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 30,0%.

"Selain itu, struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh dominasi utang luar negeri jangka panjang dengan pangsa mencapai 87,3% dari total utang luar negeri," jelasnya.

Dalam rangka menjaga agar struktur utang luar negeri tetap sehat, BI dan pemerintah akan terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan utang luar negeri, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

"Peran utang luar negeri juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," pungkas Erwin.(*)

Editor: Redaksi
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS