Tutup Tahun 2023 Inflasi Lampung Mencapai 3,47 Persen
Yunike Purnama - Selasa, 02 Januari 2024 17:49BANDARLAMPUNG - Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan dua kota di Provinsi Lampung bulan Desember 2023 tercatat mengalami inflasi 0,01% (mtm), lebih rendah dibandingkan periode November 2023 yang mengalami inflasi 1,02% (mtm) dan rata-rata inflasi bulan Desember pada 3 (tiga) tahun terakhir yang tercatat mengalami inflasi 0,54% (mtm).
Tingkat inflasi IHK tersebut lebih rendah dari inflasi nasional dan inflasi gabungan 24 kota di wilayah Sumatera yang masing-masing mengalami inflasi 0,41% (mtm) dan 0,29% (mtm).
Secara tahunan, inflasi gabungan dua kota di Provinsi Lampung bulan Desember 2023 tercatat sebesar 3,47% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional dan inflasi gabungan 24 kota di wilayah Sumatera yang masing-masing tercatat 2,61% (yoy) dan 2,72% (yoy).
- Terima Kunjungan NP & Co. Law Firm, Prodi Hukum Bisnis Darmajaya Bahas Kerjasama
- PGN Raih Predikat Badan Usaha Niaga Terbaik di Indonesia
- Konsumsi LPG di Lampung Meningkat Selama Nataru
- Dirut Holding PTPN III Tinjau Pabrik Minyak Makan Merah, Gagasan Presiden Naikkan Derajat Petani Sawit
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Tony Noor Tjahjono memaparkan, jika dilihat dari sumbernya, inflasi pada bulan Desember 2023 didorong oleh kenaikan harga pada beberapa komoditas seperti bawang merah, ikan kembung, minyak goreng, tomat dan gula pasir dengan andil masing-masing sebesar 0,064%; 0,043%; 0,042%; 0,030%; dan 0,027%.
"Kenaikan harga komoditas bahan pangan menjadi penyumbang utama inflasi pada Desember 2023,"ujar Tony dalam keterangaannya dikutip Selasa, 2 Januari 2024.
Kenaikan harga bawang merah dipengaruhi oleh masuknya periode tanam di Jawa Tengah yang tercermin dari kenaikan harganya pada November (Rp27.250/kg) dan Desember 2023 (Rp32.410/kg).
Inflasi bulanan ikan kembung yang meningkat pada Desember 2023 sejalan dengan tren historisnya, di mana terjadi penurunan produksi aneka komoditas perikanan seperti ikan tongkol, ikan kembung, udang laut, dan selar akibat meningkatnya curah hujan di tengah periode low season produksi.
Adapun inflasi minyak goreng didorong oleh harga minyak goreng curah, yang meningkat menjadi Rp14.370/kg pada 25 Desember 2023 dibandingkan Rp14.000/kg pada 1 Desember 2023. Kenaikan harga minyak goreng curah lebih dipengaruhi dari sisi supply, di mana serapan DMO minyak goreng pada Desember 2023 hanya tercatat sebesar 63%, turun jika dibandingkan 85% pada November 2023.
Disisi lain, pada bulan Desember 2023 terdapat sejumlah komoditas yang mengalami deflasi , antara lain cabai rawit, daging ayam ras, air kemasan, jeruk dan susu cair kemasan dengan andil masing-masing sebesar -0,102%; -0,051%; -0,038%; -0,022%; dan -0,022%.
Laju inflasi Desember 2023 yang melambat didukung oleh penguatan upaya stabilisasi harga aneka cabai. Penurunan harga cabai rawit pada Desember 2023 dipengaruhi oleh masuknya periode panen di Mesuji pada lahan seluas 5 Ha. Selain itu, sinergi stabilisasi harga TPID se-Provinsi Lampung pada Desember 2023 semakin intensif dengan pelaksanaan sidak pasar, pengecekan pasokan pada gudang distributor, serta pelaksanaan operasi pasar aneka cabai yang disertai pemberian subsidi Rp10.000/kg melalui realisasi dana BTT sebesar Rp40 juta. Adapun penurunan harga daging ayam ras dipengaruhi kondisi oversupply (surplus 8.841 ton) seiring dengan peningkatan produksi korporasi besar.
Prediksi Inflasi Lampung
Ke depan, KPw BI Provinsi Lampung memprakirakan bahwa inflasi IHK gabungan dua kota di Provinsi Lampung akan terjaga pada rentang sasaran inflasi 2,5±1% (yoy) sampai dengan akhir tahun 2024.
Namun demikian, diperlukan upaya mitigasi risiko-risiko sebagai berikut, antara lain dari Inflasi Inti berupa (i) potensi kenaikan aggregate demand yang didorong oleh realisasi belanja Pemerintah dan Calon Legislatif/Eksekutif pada tahun politik, serta berlanjutnya penyaluran bansos; dan (ii) di sisi lain, jika daya beli masyarakat masih relatif rendah, hal ini berpotensi menyebabkan kenaikan inflasi inti di kemudian hari akibat respon penurunan volume produksi pelaku usaha sebagai bentuk efisiensi.
Sementara itu dari sisi Inflasi Volatile Food (VF), adalah (i) Risiko meningkatnya harga komoditas hortikultura pada periode tanam, Cabai: Maret – Mei 2024, September – November 2024; Bawang: Mei – Juli 2024, November – Desember 2024; dan (ii) risiko inflasi beras pada 2024 perlu dimitigasi melalui penguatan tata niaga beras, termasuk pengaturan perdagangan gabah ke luar Lampung mengingat prognosa produksi padi Lampung pada 2024 diprakirakan akan terkontraksi sebesar 0,28%.
Selanjutnya risiko dari Inflasi Administered Prices (AP) yang perlu mendapat perhatian di antaranya yaitu (i) ketidakpastian kondisi perang di Timur Tengah berisiko menyebabkan revisi ke atas harga minyak dan gas dunia tahun 2024; dan (ii) pemerintah menetapkan kenaikan tarif cukai rokok tahun 2024 meningkat 10%, sedangkan untuk rokok elektrik meningkat 15%.(*)