SPPN VII Fasilitasi Cabang Manfaatkan Lahan Non Produktif

Yunike Purnama - Rabu, 16 Juni 2021 07:37
SPPN VII Fasilitasi Cabang Manfaatkan Lahan Non ProduktifSerikat Pekerja Perkebunan Nusantara (SPPN) VII mengikuti sharing session yang diadakan di Kantor Direksi PTPN VII. (sumber: Dok.PTPN VII)

Kabarsiger.com,BANDARLAMPUNG-Karyawan PTPN VII yang akrab dengan tanaman industri dikenalkan dengan tanaman obat oleh ahli dari Politeknik Kesehatan (Poltekes) Tanjungkarang, Selasa (15/6/2021).

Sebanyak belasan pekerja yang tergabung dalam Serikat Pekerja Perkebunan Nusantara (SPPN) VII mengikuti sharing session yang diadakan di Kantor Direksi PTPN VII. Sedangkan puluhan anggota yang bertugas di unit-unit kerja PTPN VII mengikuti secara virtual dari lokasi kerja.

Dua ahli tanaman obat dari Poltekes dihadirkan untuk memberi pengetahuan tentang potensi berbagai tanaman yang berkhasiat dan mempunyai prospek pasar baik. Mereka adalah Dias Ardini, seorang dosen farmasi yang pendidikan magisternya konsentrasi pada tanaman obat. Pembicara kedua adalah Siti Julaiha yang merupakan pakar farmasi.

Ketua Umum SPPN VII Moehammad Baasith pada pembukaan forum ilmu mengatakan, setiap pekerja PTPN VII wajib memiliki kompetensi tambahan di luar tugasnya sebagai karyawan.

Hal itu karena usia pensiun di perusahaan ini yang sampai 55 tahun untuk karyawan pelaksana dan 56 tahun karyawan pimpinan, menurut Baasith masih bisa produktif untuk mengisi hari tuanya.

Selain itu, kata Ketum SPPN VII yang juga Manajer PTPN VII Unit Waylima itu, pengetahuan karyawan terhadap obat berbasis herbal sangat penting untuk menjaga kesehatan. Oleh karena itu, pihaknya mengapresiasi pengurus yang menggandeng Poltekes Tanjungkarang yang memiliki ekspertasi tentang tanaman obat ini.

“Saya kira, kita semua sepakat bahwa kesehatan itu sangat vital. Dan tren sekarang kita beralih dari obat kimia ke herbal. Ada dua peluang yang kita dapat dari sharing session ini, yakni pengetahuan tentang manfaat tanaman obat, juga peluang usaha bagi kita yang mungkin nanti dijalankan setelah pensiun,” kata dia.

Ada beberapa cabang yang telah menjalankan pengembangan usaha disektor perkebunan diantaranya Way Lima memanfaatkan pekarangan lahan tidur dengan menanam pepaya california, pisang dan singkong. Cabang kedaton bekerjasama dengan koperasi Unit menanam semangka dan pabrik penyulingan sereh wangi milik karyawan berlokasi di sekitar Unit Bekri.

"Pasca pelatihan kami akan meminta cabang untuk menginventarisasi lahan dan jenis tanaman apa yang cocok untuk dikembangkan. Hasil dari cabang akan kami sampaikan kepada bagian hal hal terkait  dengan mekanisme mekanisme memanfaatkan lahan untuk pengembangan usaha cabang," katanya.

Selain itu, masukan dari cabang akan kami sampaikan kepada BOM terkait dengan pengelolaan lahan yang tidak produktif di Unit, untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.

“Semoga dengan pelatihan ini dapat memacu para anggota dalam mengembangkan tanaman obat obatan herbal, dapat menjalin sinergi dengan poltekes tanjung karang sebagai pendamping  dan pengelolaan produk sehingga layak untuk dipasarkan. Potensinya cukup besar untuk diimplementasikan ke unit kerja PTPN VII,” tegas Baasith.

Menyambung hal tersebut Dias Ardini, Apt,.MTA  dari poltekes Tanjung karang, yang juga pemateri penyuluhan mengatakan kami siap memberikan pendampingan bagi pengurus serikat yang ingin mengembangakan tanaman obat sekaligus mengolahan menjadi obat-obatan yang layak dipasarkan.  

Tentunya dilihat potensi  yang ada di masing-masing unit kerja PTPN VII.  Dan untuk membangun sentra obat-obatan memang diperlukan kesungguhan dan ketekunan mengingat butuh waktu untuk membangun kebun percontohan, katanya.

Hadir pada even itu, Sekretaris Jenderal SPPN VII Sasmika DS, Bendahara Umum Agus SB didampingi beberapa pengurus inti, Cabang Kandir dan beberapa pengurus, juga para anggota.

Pada sesi pertama, pakar farmasi dari Poltekes Tanjungkarang Siti Julaiha membedah secara perinci kategori obat berdasarkan bahan dasarnya. Ia mengatakan, ilmu kedokteran lebih fokus menggunakan bahan kimia dalam mengaplikasikan obat. Tetapi, dalam beberapa tahun terakhir zat penyembuh berbahan herbal dari tanaman juga diteliti, dipelajari, dan mulai familiar dengan dunia medis.

Menurut dia, obat berbahan dari tanaman memiliki keunggulan sekaligus kelemahan. Salah satu kelebihannya adalah relatif rendah risiko dan bisa dihasilkan secara leluasa. Sedangkan kelemahannya antara lain efek penyembuhannya yang relatif lambat dan kurang mendapat kepercayaan.

“Tanaman obat itu kan bisa ditanam oleh siapa saja dengan mudah tanpa proses yang rumit. Penggunaan untuk pengobatannya juga relatif sederhana. Biasanya direbus terus airnya diminum. Atau metode lain. Tetapi, sekarang banyak sekali obat berbahan tanaman yang sudah berstandar obat. Juga racikan-racikan obat dari tanaman dengan sebutan jamu, herbal, dan lainnya. Ini sangat penting untuk diketahui masyarakat,” kata dia. 

Sedangkan Dias Ardini lebih fokus kepada pembahasan jenis tanaman dan khasiat yang bisa digunakan untuk penyembuhan berbagai penyakit. Dias juga memberi pengetahuan cara memanfaatkan dan mengolah tanaman agar bisa digunakan oleh masyarakat luas secara tepat.

“Sesungguhnya, kita bisa menjaga dan memelihara kesehatan tanpa datang ke layanan kesehatan seperti rumah sakit atau dokter. Dengan keaneka ragaman tanaman yang kita miliki, segala obat sudah tersedia untuk hampir semua penyakit. Makanya, kalau dulu ada kampanye Toga atau tanaman obat keluarga, itu sudah betul. Saya berharap PTPN VII bisa menggalakkan itu lagi,” kata dia.

Antuasiasme peserta sangat besar dengan semaraknya sesi tanya jawab. Tema penyakit yang diderita dan jenis tanaman yang ada di sekitara kita membuat banyak pertanyaan dari peserta. (*)

Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS