Simpati dan Dukungan Mengalir untuk Perawat Korban Kekerasan di RS Siloam Sriwijaya

Amalia - Sabtu, 17 April 2021 20:59
Simpati dan Dukungan Mengalir untuk Perawat Korban Kekerasan di RS Siloam SriwijayaSimbol pita hitam disebar di kalangan para medis sebagai bentuk dukungan terhadap korban kekerasan terhadap perawat di RS Siloam Sriwijaya Palembang. (istimewa) (sumber: null)

PALEMBANG, WongKito.co - Berbagai kalangan memberikan simpati dan dukungan terhadap Christina Ramauli Simatupang (27), perawat Rumah Sakit (RS) Siloam Sriwijaya Palembang, pasca peristiwa kekerasan dari keluarga pasien pada Kamis (15/4) lalu.

Kunjungan Ketua PPNI Provinsi Sumsel, Subhan. (ist/IG Perawat Peduli Palembang)

Dukungan datang dari Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yang menjenguk ke tempat Christina dirawat. Adapula relawan dan rekan-rekan perawat dari berbagai rumah sakit turut menyebarkan simbol pita hitam. Termasuk perhatian Gubernur Sumsel Herman Deru yang menghubungi Christina melalui video call, Sabtu (17/4). 

Gubernur menyatakan, ia menyayangkan insiden penganiayaan yang dialami Christina saat bekerja. Sebab, kejadian itu berdampak buruk terhadap citra daerah yang selama ini dikenal sebagai provinsi zero konflik.

Ia memastikan akan mengawal proses hukum yang sedang bergulir. Mengingat saat ini pelaku JS sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polrestabes Palembang setelah dijemput di rumahnya pada Jumat (16/4) malam.

Gubernur Sumsel Herman Deru menyapa Christina. (ist/Humas Pemprov Sumsel)

Menurutnya, para medis juga manusia biasa yang tidak luput dari salah ketika bekerja. Namun seharusnya pelaku harus mendengarkan dulu penjelasan apa yang sedang terjadi. Sehingga tidak berujung kekerasan.

“Kita semua ambil hikmahnya bahwa kejadian seperti ini mungkin saja karena emosi spontanitas. Tapi harapan saya kepada seluruh pasien ketika sudah mempercayakan perawatan keluarganya ke rumah sakit, percaya, dan ikuti prosedurnya,” imbuh Deru usai menghubungi Christina dari Griya Agung Palembang. 

Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah dalam keterangan persnya mengatakan, atas nama seluruh Perawat Indonesia, mengutuk keras tindakan kekerasan kepada perawat yang sedang menjalankan tugas profesi.

Peristiwa penganiayaan dan kekerasan tersebut dialami oleh perawat Christina pada Kamis (16/4/2021) sekitar pukul 13.40 WIB di RS Siloam Sriwijaya Palembang.  Christina mendapat kekerasan oleh anggota keluarga pasien dengan cara diduga ditonjok, ditendang, dan dijambak oleh pelaku.

“Tindak kekerasan terhadap perawat yang sedang menjalankan tugas profesinya merupakan ancaman terhadap keamanan di tempat kerja dan sistem pelayanan kesehatan. Kekerasan ini juga sangat dikecam komunitas perawat seluruh dunia,” ungkap dia, Jumat (16/4/2021).

Harif menjelaskan, PPNI melakukan pengawalan dan pendampingan perawat pada kasus ini, agar sesuai dengan koridor hukum dan pelaku dihukum seberat-beratnya sesuai hukum yang berlaku, dan juga mendorong pihak RS Siloam Sriwijaya Palembang melakukan pendampingan dan pengawalan kepada perawat yang menjadi pegawainya.

“PPNI juga mendesak pihak kepolisian segera memproses laporan polisi yang telah dilakukan oleh Perawat Christina Ramauli Simatupang sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” jelas dia.

PPNI Serukan Jaminan Kerja Kondusif Bagi Perawat

Harif menerangkan, peristiwa ini sudah beberap akali terjadi, maka untuk mencegah kejadian serupa maka PPNI menyerukan kepada pemerintah dan pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan agar menjamin lingkungan kerja (working environment) yang kondusif bagi perawat dalam melaksanakan tugas profesinya.

“Termasuk aspek perawat tidak mendapatkan kekerasan fisik maupun psikologis dari pihak manapun. Karena tugas perawat sangat erat kaitannya dengan keselamatan manusia,” tegas dia.

Kebijakan ini, papar Harif, terkait kondisi kerja tersebut, juga telah diserukan bukan hanya di tingkat nasional saja. Tetapi dalam forum-forum internasional (dengan topik bahasan safe nursing environment), yang antara lain dalam Asia Work Force Forum (AWFF) tahun 2018 di Hong Kong yang merupakan pertemuan regional Internasional Council of Nurses (ICN), yang secara periodeik dilakukan dan menjadi bahasan dalam pertemuan-pertemuan komunitas keperawatan lebih luas.

“Kami mohon doa bagi korban kejadian kekerasan terkait. Kami menghimbau masyarakat untuk menghargai semua tenaga kesehatan yang berjuang memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya,” imbuh Direktur RS Siloam Sriwijaya Palembang, dr. Bona Fernando, dalam kesempatan berbeda.

Sementara itu, pelaku JT mengaku perbuatannya telah melakukan penganiayaan terhadap korban. Kejadian tersebut dikarenakan dia merasa lelah usai beberapa hari belakangan menjaga anaknya yang sedang dirawat di rumah sakit tersebut. Emosi tersulut saat mengetahui tangan anaknya berdarah usai korban mencabut jarum infus di tangan anaknya. (tri)
 

Bagikan

RELATED NEWS