Simak! Berikut 24 Saham Layak Trading Pekan Ini
Yunike Purnama - Senin, 12 Juni 2023 11:46JAKARTA - Setelah beberapa pekan tersandera di zona koreksi, akhirnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat dan menembus zona hijau sebesar 0.9% pada akhirminggu lalu.
Penguatan IHSG tersebut ditopang oleh sektor transportasi dan logistik yang naik sebesar 5.5%, properti dan real estat sebesar 5,3% dan infrastruktur sebesar 3,9%. Sementara itu satu-satunya sektor yang melemah yakni sektor teknologi sebesar -3,1%.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Mino menjelaskan pada minggu lalu ada banyak sentimen positif yang membuat IHSG bergerak ke zona positif. Sentimen positif tersebut adalah berlanjutnya tren penurunan inflasi, menguatnya beberapa harga komoditas, expansifnya sektor manufaktur dan disahkannya debt ceiling di Amerika.
Mino menguraikan pada Mei lalu inflasi kembali turun menjadi 4.00% yoy/0.09% mom dari sebelumnya 4.33% yoy/0.33%. Angka inflasi Mei juga lebih rendah dari konsensus pasar di level 4.22% yoy/0.30 mom. Sementara itu, inflasi inti tercatat sebesar 2.66% yoy dari sebelumnya di Maret 2.83% yoy. Inflasi inti tersebut juga lebih rendah dari konsensus 2.81% yoy.
- Pesan Tiket KA Rajabasa Ekspres Mulai 1 Juli Sudah Bisa H-90
- 3 Hal Ini Tanpa Sadar Merusak Hubungan Anda
- Waspada! Ketahui Modus Catfishing yang Menjerat Korban di Dunia Maya
"Terkait sektor manufaktur, untuk kedua puluh satu kalinya secara berturut-turut indeks manufaktur berada di zona ekspansif, meskipun pada Mei lalu turun menjadi 50.3 dari sebelumnya 52.7. Penurunan tersebut terjadi karena terkoreksinya pesananan baru seiring lebih rendahnya permintaan paska musim puasa lebaran," tegasnya di Jakarta pada Senin, 12 Juni 2023.
Selanjutnya pada minggu lalu harga batu bara juga berhasil membukukan kenaikan tertinggi seiring sempat menguatnya harga minyak mentah paska rencana Arab Saudi memangkas produksinya sebanyak 1 juta barel secara sukarela.
Disetujuinya debt ceiling di Amerika yang mendorong pelemahan nilai tukar dolar terhadap mata uang utama dunia lainnya juga turut menjadi tambahan katalis positif di pasar komoditas.
Diketahui, pada Rabu lalu Kongres menyetujui debt ceilingsetelah perolehan suara 314-117, pada Kamis pagi waktu Amerika Senat juga melakukan voting dengan hasil 63-36 menyetujui debt ceiling, Presiden Joe Biden menandatangani debt ceiling menjadi Undang-Undang pada Sabtu waktu setempat dan belaku hingga 1 Januari 2025.
Adapun sentimen negatif pada minggu lalu yakni aksi ambil untung sektor teknologi di Amerika dan pembarlakuan ARB 15% serta efek penyesuaian harga paska rebalancing MSCI.
Mino mengakui pada minggu ini sentimen domestik relatif lebih sepi karena tidak adanya data ekonomi yang dirilis. Meski demikian, market masih akan tergairahkan dengan sejumlah sentimen eksternal, seperti inflasi Mei baik di tingkat konsumen maupun produsen, kebijakan suku bunga acuan dan Fed Fund Rate.
"Inflasi Mei baik di tingkat konsumen maupun produsen menurut konsesus akan berada kembali turun menjadi 4.1% yoydari sebelumnya 4.9%. Jika sesuai konsensus maka inflasi Amerika telah mengalami penurunan selama sebelas bulan berturut-turut paska mencapai puncaknya di level 9.1% yoy pada Juni 2022."
Sementara itu inflasi inti juga diperkirakan akan turun ke level 5.3% yoy dari sebelumnya di Maret sebesar 5.5% yoy. Tidak berbeda dengan inflasi di tingkat konsumen, imbuhnya, inflasi di tingkat produsen juga diprediksi akan kembali turun menjadi 1.5% yoy dari sebelumnya 2.3%. Jika sesuai konsensus penurunan inflasi tersebut merupakan yang ke empat belas kalinya secara berturut-turut paska sempat melonjak hingga 11.7% di Maret 2022.
- Ada Sentimen Eksternal, Indo Premier Sekuritas Rekomendasikan 9 Saham Trading Minggu Ini
- Cara Tingkatkan Kualitas Istirahat di Tempat Kerja
- Volatilitas Keuangan Global Tinggi, OJK Sebut Kondisi Jasa Keuangan Domestik Masih Stabil
Terkait kebijakan suku bunga acuan, setelah bulan lalu The Fed kembali menaikan suku bunga acuan sebesar 0.25% menjadi 5.25% atau sesuai dengan ekspektasi pasar, pada bulan ini Bank Sentral Amerika diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5.25% untuk pertama kalinya sejak Mei 2022.
Sentimen eksternal yang wajib diperhatikan pada minggu ini yakni terkait Fed Fund Rate. Menurut data dari FedWatch Tool, probabilitas Bank Sentral Amerika untuk mempertahankan suku bunga acuan di level saat ini atau 5.25% sebesar 70.1%.
Berkaca pada data-data dan sentimen eksternal yang cukup kuat di atas Indo Premier merekomendasikan 24 saham untuk trading #CariBebasmu pada minggu ini hingga 16 Juni 2023 yakni BBNI (Support:8.925, Resistance: 9.500), BMRI (Support: 4.940, Resistance: 5.275), BBTN (Support: 1.240, Resistance: 1.350), ARTO (Support: 2.330, Resistance: 3.900), ISAT (Support: 8.275, Resistance: 9.150), EXCL (Support: 1.960, Resistance: 2.140), TOWR (Support: 975, Resistance: 1.055), ANTM (Support: 1.890, Resistance: 2.060), ELSA (Support: 330, Resistance: 358), PTBA (Support: 3.090, Resistance: 3.690), HRUM (Support: 1.330, Resistance: 1.550), CTRA(Support: 1.090, Resistance: 1.270), BSDE (Support: 1.100, Resistance: 1.240), SMRA (Support: 635, Resistance: 805), PWON (Support: 476, Resistance: 525), APLN (Support: 135, Resistance: 156), HMSP (Support: 975, Resistance: 1.065), GGRM (Support: 26.200, Resistance: 29.000), INDF (Support: 7.200, Resistance: 7.625), MYOR (Support: 2.610, Resistance: 2.830), MAPI (Support: 1.730, Resistance: 2.020), AMRT(Support: 2.590, Resistance: 2.790), ACES (Support: 610, Resistance: 750), JSMR (Support: 3.490, Resistance: 4.040).(*)