PTPN I Gandeng Kulaku Berdayakan Petani Kelapa Desa Bulok

Eva Pardiana - Jumat, 07 Februari 2025 04:51
PTPN I Gandeng Kulaku Berdayakan Petani Kelapa Desa BulokPTPN I Gandeng Kulaku Berdayakan Petani Kelapa Desa Bulok (sumber: PTPN I Regional 7)

KALIANDA – Desa Bulok, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan diproyeksikan menjadi uji coba pendampingan petani kelapa yang digagas PTPN I Supporting Co. Desa yang menjadi penyangga Kebun PTPN I Regional 7, Kebun Bergen, Afdeling Kalianda itu dinilai sangat potensial untuk dibina pada aspek nilai tambah produk kelapa yang selama ini menjadi andalan ekonomi warga.

Dalam konteks ini, PTPN I menggandeng PT Kulaku, satu perusahaan berbasis pemberdayaan yang fokus kepada komoditas kelapa untuk pelaksanaan teknis.

Langkah awal menuju program itu, PTPN I mengajak PT Kulaku bertemu perangkat desa dan para petani kelapa di Desa Bulok, Kamis (6/2/2025). Dari Kantor Pusat PTPN I hadir Kasubdiv. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungannya yang tidak bisa di download di sini adalah salah satu dari mereka yang (TJSL) M. Alif Azizi didampingi Kasubag.

Humas dan TJSL Regional 7 Arif Widjanarko, dan beberapa staf. Dari PT Kulaku hadir Founder sekaligus CEO Mustofa dan beberapa kru. Rombongan disambut Kepala Desa Bulok Syamsudin dan beberapa staf. Sebanyak 35 petani warga setempat mengikuti acara sosialisasi ini.

M. Alif Azizi pada pengantarnya mengatakan, sebagai BUMN, PTPN I memiliki kewajiban konstitusional untuk menyisihkan sebagaian keuntungan untuk program TJSL. Sedangkan sebagai tetangga yang baik, perusahaan juga memiliki tanggung jawab moral untuk berempati kepada masyarakat yang ada di sekitar perusahaan. Oleh karena itu, kata dia, pihaknya terus berupaya menemukan cara untuk memberi manfaat kepada masyarakat sekitar.

“Kami ada program CSR untuk membantu masyarakat sekitar agar bisa maju bersama. Bagi kami, suasana usaha yang kondusif dan produktif harus dibangun dengan menjaga harmoni dengan masyarakat sekitar. Dan hari ini kami datang ke Desa Bulok ini mengajak teman-teman dari PT Kulaku yang ahli di bidang budidaya kelapa untuk menjajaki kerjasama membantu petani kelapa di sini. PTPN I akan memfasilitasi sehingga petani berdaya,” kata dia.

Menanggapi prakarsa itu, Kepala Desa Bulok Syamsudin menyatakan kegembiraannya. Ia menyebut, Desa Bulok dengan luas 12 kilo meter persegi dengan penduduk 2.800 jiwa ini memang didominasi tanaman kelapa. Desa yang berbatasan langsung dengan kebun PTPN I Regional 7 Afdeling Kalianda ini juga dihuni oleh 50 persen penduduk asli dengan mata pencaharian sebagai pekebun.

“Atas nama warga saya berterima kasih kepada PTPN I yang datang ke sini membawa program, masyarakat kami memang kebanyakan petani kelapa. Semoga ini segera terwujud sehingga petani kelapa kami ke depan punya nilai tambah dan lebih sejahtera,” kata dia didampingi Sekdes Adi Gunawan.

Sementara itu, Kasubag. Humas dan TJSL Regional 7 Arief Fidyanarko mengatakan, program kepedulian untuk masyarakat memang diproyeksikan untuk program yang produktif. Ia mengaku, pihaknya memilih program optimalisasi nilai tanaman kelapa untuk Desa Bulok karena melihat potensi ini sangat besar di desa yang menjadi penyangga kebun PTPN I Regional 7 ini. Lebih dari itu, ia melihat kelapa yang dihasilkan  desa ini tidak mendapat sentuhan modernisasi, baik budi dayanya maupun produk hasilnya.

“Kami mendapat mandat dari HO (Head office PTPN I) untuk mencari desa yang tepat untuk pemberdayaan masyarakat yang kaitannya dengan budi daya kelapa. Kebetulan PTPN I mendapat mitra yang ekspert di bidang itu, yakni Kulaku. Nah, kami melihat desa ini sangat banyak kelapa,” katanya.

Tentang model pemberdayaan yang kemungkinan akan dijalin, CEO PT Kulaku Mustofa mengaku sedang mengumpulkan data dan fakta lapangan tentang potensi yang prospektif. Founder muda yang mengaku sebagai anak petani kelapa di Banyuasin, Sumatera Selatan itu mengatakan, perusahaan yang dia bangun bersama para milenial itu berkhidmat kepada pemberdayaan petani kelapa dengan meningkatkan kesadaran, kemampuan teknis, dan pengembangan usaha. Menurut dia, kelapa memiliki nilai yang sangat potensial dan menjadi komoditas masyarakat tetapi masih dianggap tidak punya prospek.

Perusahaan yang mengusung tagline “Social Enterprise” ini, kata Mustofa, tetap berorientasi kepada profit. Namun, keuntungan yang dikejar bukan sekadar material tanpa nilai kemaslahatan umat. Tak heran jika banyak perusahaan besar memberi kepercayaan dan menggandeng Kulaku untuk program CSR berkonsep pemberdayaan.

“Setiap usaha pasti mengharapkan untung, tetapi kami memilih opsi untung bersama masyarakat. Kami mendampingi petani kelapa di Banyuasin untuk berbudi daya dengan cara yang lebih modern. Dari pemilihan bibit, penanaman, pemupukan, irigasi, hingga pengolahan hasil. Kalau selama ini kelapa hanya ditanam terus ditinggal, kita bina untuk perawatan. Kelapa yang dipanen juga tidak langsung dijual gelondongan, tetapi diberi nilai tambah. Ada yang dibikin VCO, gula kristal, ada santan cair maupun santan bubuk, ada keripik kelapa, dan lainnya. Dengan dukungan CSR dari PTPN I, semoga program di Desa Bulon ini bisa terwujud,” kata dia.

Diskusi yang berlangsung di Balai Desa Bulon itu berlangsung dinamis. Sejumlah petani kelapa mengajukan pertanyaan, dari yang umum tentang kebijakan hingga yang detail tentang harga jual dan lainnya.

Suprayitno, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Bulok mengaku sangat senang dengan kedatangan rencana program CSR PTPN I itu. Terlebih program ini membidik komoditas kelapa yang selama ini abai dari perhatian. Padahal, kata dia, hampir semua warga Desa Bulok punya kebun kelapa atau setidaknya punya pohon kelapa di pekarangan rumahnya.

“Hampir semua warga desa sini punya kebun kelapa, tetapi tidak ada yang dibudidayakan secara modern. Cuma tradisi sejak kakek buyut kami. Jadi, ya hasilnya cuma sekadarnya saja. Dengan adanya tawaran dari PTPN ini kami sangat gembira. Dengan senang hati kalau pihak PTPN mau membantu bibit unggul, pembinaan budidaya yang baik, juga kalau nanti ada yang mau menampung kelapanya untuk dibikin minyak atau apa. Soalnya selama ini kami hanya jual mentah. Artinya jual gelundungan dan harganya relatif murah,” kata dia.

Senada dengan Suprayitno, Nasir, salah satu warga juga berharap program ini bisa berjalan. Ia mengaku dulu nenek buyutnya punya banyak kebun kelapa, tetapi sekarang habis ditebang karena secara ekonomi tidak menarik. Selain itu, ia juga mengaku kesulitan mendapatkan bibit yang baik untuk dikembangkan.

“Kalau untuk program yang sampai bikin VCO dan segala macam itu saya sangat setuju. Bahkan, kalau PTPN mau bantu kami bibit kelapa yang unggul saja sudah sangat terima kasih. Soalnya sekarang banyak kebun kelapa ditebang diganti sawit. Kalau ada bantuan bibit, saya mau tanam kelapa lagi,” kata dia.

Diskusi perencanaan diakhir dengan kunjungan ke kebun kelapa milik salah seorang tokoh dan tetua desa. Yakni, kebun milik Halim Temenggung yeng berisi tanaman kelapa uzur (berumur 70-an tahun) tetapi masih cukup produktif. Sayangnya, tenaman dengan tinggi batang hingga 25 meter itu sedang terserang hama artone yang menggerogoti daun hingga ludes.

“Saya terlambat nyuntik. Jadi begini. Tapi nanti setahun lagi pulih,” kata dia sembari berharap dapat bantuan bibit untuk replanting. (*)

Editor: Eva Pardiana
Bagikan

RELATED NEWS