Produksi Capai 781 Ribu Ton, Indonesia Pengekspor Nikel Terbesar Dunia

Eva Pardiana - Rabu, 29 Desember 2021 07:40
Produksi Capai 781 Ribu Ton, Indonesia Pengekspor Nikel Terbesar DuniaPresiden RI Joko Widodo meresmikan pembangunan Pabrik Ferronickel dan Stainless Steel serta Peresmian PT Gunbuster Nickel Industry di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin, 27 Desember 2021. (sumber: Kemenko Perekonomian)

JAKARTA – Indonesia memiliki cadangan nikel nomor satu di dunia di mana mencapai 21 juta ton atau 24% dari total cadangan dunia. Produksi nikel Indonesia pada 2020 mencapai 781.000 ton atau 31,8% dari produksi nikel dunia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan berdasarkan data World Top Export, ekspor produk berbasis nikel (stainless steel slab, stainless billet dan stainless steel coil) Indonesia menempati peringkat 1 dunia dengan total ekspor senilai US$1,63 miliar setara Rp23,18 triliun pada 2020 dan berada di peringkat ke-4 dalam produksi dunia.

Ekspor produk ferronickel juga meningkat sangat pesat dari tahun ke tahun, di mana pada 2020 mencapai US$4,7 miliar setara Rp66,86 triliun, dan pada periode Januari hingga Oktober 2021 tercatat mencapai US$5,6 miliar setara Rp79,66 triliun.

"Saat ini, smelter nikel yang beroperasi telah mencapai investasi sebesar US$15,7 miliar (setara Rp233,3 triliun), dengan kapasitas ferronickel yang dihasilkan mencapai 969.000 ton/tahun," katanya dalam keterangan pers, dikutip Rabu, 29Desember 2021.

Airlangga memproyeksi produksi nikel RI diperkirakan akan terus meningkat, baik untuk produksi nickel pig iron maupun pemrosesan highpressure-acid-leach dari bijih berkadar rendah. Hal itu karena semakin banyaknya pabrik smelter nikel yang dibangun.

Salah satunya adalah pabrik smelter nikel milik PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara yang baru saja diresmikan pada Senin kemarin.

Smelter ini diproyeksi menghasilkan feronikel dengan kadar 10%-12% dengan kapasitas produksi 1.000.800 ton per tahun yang membutuhkan suplai/konsumsi bijih nikel sebesar 21.600.000 WMT per tahun.

Total nilai investasinya sekitar Rp42,9 triliun. GNI secara keseluruhan akan mengoperasikan 24-line smelter dengan mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace.

GNI adalah perusahaan industri nikel yang berlokasi di Bungini, Desa Bunta, Kecamatan Petasia Timur, Morowali Utara. Induk perusahaan GNI berlokasi di Jiangsu, China. 

GNI merupakan perusahaan nikel tahap ketiga setelah PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS) yang berlokasi di Kecamatan Morosi, Konawe.

PT OSS merupakan smelter penghasil ferronickel dengan kapasitas produksi 2,2 juta ton/tahun dan billet stainless steel dengan kapasitas produksi 3 juta ton/tahun. Sementara, PT VDNI merupakan smelter penghasil ferronickel dengan kapasitas produksi 1 juta ton/tahun.

Baik PT OSS, PT VDNI, dan PT GNI, secara total telah berinvestasi sebesar US$8 miliar setara Rp113,8 triliun dengan penyerapan tenaga kerja lebih kurang 27.000 orang.

"Ketiga perusahaan smelter tersebut akan menjadi  bagian rencana pemerintah untuk mendorong hilirisasi industri dalam peningkatan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri," pungkas Airlangga.

Dia menyatakan bahwa dengan adanya pabrik pengolahan nikel maka akan terjadi peningkatan nilai tambah dari bijih nikel menjadi produk ferronickel sebesar 14 kali, dan jika menjadi billet stainless steel akan mencapai 19 kali lipat. (*)

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Daniel Deha pada 28 Dec 2021 

RELATED NEWS