Pertumbuhan PDB Indonesia Belum Mampu Topang Penguatan Rupiah

Yunike Purnama - Selasa, 08 Agustus 2023 08:41
Pertumbuhan PDB Indonesia Belum Mampu Topang Penguatan Rupiah Nilai kurs rupiah ditutup menguat 16 poin pada perdagangan hari ini, Jumat, 4 Agustus 2023, karena pasar merespons kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang positif. (sumber: TrenAsia)

JAKARTA - Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia belum bisa membantu penguatan nilai kurs rupiah pada perdagangan hari ini, Senin, 7 Agustus 2023.

Menurut data perdagangan Bloomberg, hari ini nilai kurs rupiah ditutup melemah 15 poin di posisi Rp15.185 per-dolar Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan sebelumnya, Jumat, 4 Agustus 2023, nilai kurs rupiah ditutup menguat 16 poin di level Rp15.170 per-dolar AS.

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), PDB Indonesia pada kuartal II-2023 tumbuh 5,17% secara year-on-year (yoy), lebih tinggi dari 5,03% yoy yang tercatat pada kuartal pertama tahun ini.

Sebelumnya, analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa jika PDB Indonesia tumbuh di atas 5% pada hitungan akhir kuartal II-2023, rupiah memiliki potensi untuk menguat atau setidaknya menahan pelemahan.

"Data PDB kuartal II Indonesia bisa mendorong penguatan rupiah bila hasilnya menunjukkan pertumbuhan di atas 5%," kata Ariston kepada TrenAsia, Senin, 7 Agustus 2023.

Akan tetapi, rupanya pertumbuhan PDB yang terealisasi di atas 5% secara tahunan belum mampu mencegah rupiah untuk menyusut hari ini karena masih ada variabel-variabel yang tidak mendukung.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, tekanan terhadap dolar AS akibat tambahan pekerjaan yang di bawah ekspektasi walaupun kenaikan upah tetap solid dan penurunan tingkat pengangguran.

"Laporan tersebut (data ketenagakerjaan) merujuk ke pasar tenaga kerja yang masih ketat, menunjukkan The Federal Reserve (The Fed) mungkin perlu mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama," ujar Ibrahim kepada wartawan, Senin, 7 Agustus 2023.

Walaupun tidak mendorong rupiah untuk mencatat penguatan secara harian pada perdagangan hari ini, Ibrahim menyoroti PDB sebagai faktor yang menahan pelemahan mata uanga Garuda.

Menurut Ibrahim, optimisme pertumbuhan ekonomi tercermin dari sisi pengeluaran, yang mana seluruh komponen mencatat pertumbuhan positif, termasuk belanja pemerintah yang mengalami kontraksi selama empat kuartal berturut-turut pada tahun 2022.

"Walaupun di tengah perekonomian global yang diperkirakan melambat dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan," kata Ibrahim.

Ibrahim menambahkan, walaupun pertumbuhan investasi melambat pada kuartal pertama 2023 dengan kenaikan hanya 2,11% yoy yang turun dari 3,33% yoy pada kuartal sebelumnya, namun perbankan domestik menunjukkan indikator yang relatif kuat karena ditopang oleh likuiditas yang cukup memadai dan kualitas aset yang baik dengan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) yang stabil di level 2,53%.

Sementara itu, pada Juli 2023, inflasi tercatat di level 3,08% yoy, turun ke level terendahnya dalam 16 bulan terakhir seiring dengan tekanan inflasi yang menyurut lebih cepat dari perkiraan.

"Di sisi lain, surplus neraca perdagangan terus menurun sejak tahun lalu dan sekarang hanya tercatat sebesar US$7,8 miliar di kuartal kedua 2023 akibat normalisasi harga komoditas global," papar Ibrahim.

Menurut Ibrahim, untuk perdagangan besok, Selasa, 8 Agustus 2023, nilai kurs rupiah berpotensi ditutup melemah di rentang Rp15.170-Rp15.230 per-dolar AS.(*)

Editor: Redaksi
Tags Kurs RupiahPDBBagikan
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS