Pakar Itera Dorong Pemerintah Perkuat Mitigasi Hadapi Cuaca Ekstrem Dampak Siklon Tropis
Eva Pardiana - Jumat, 07 Februari 2025 07:37LAMPUNG SELATAN – Hujan deras disertai angin kencang melanda Kota Bandar Lampung pada Selasa (4/2/2025) sore lalu, mengakibatkan puluhan pohon tumbang serta atap rumah warga roboh. Cuaca ekstrem ini berdampak pada beberapa kecamatan, di antaranya Way Halim, Sukarame, Kedaton, Rajabasa, Langkapura, Kemiling, dan Teluk Betung.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bandar Lampung, sebanyak 60 rumah mengalami kerusakan akibat angin puting beliung. Kecamatan Langkapura menjadi daerah yang paling terdampak dengan lebih dari 30 rumah mengalami kerusakan. Selain itu, sejumlah jalan protokol di Bandar Lampung lumpuh akibat tertutup pohon tumbang dan atap bangunan berbahan baja ringan yang beterbangan.
Menanggapi fenomena ini, Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan Institut Teknologi Sumatera (Itera), Alvin Pratama, S.Si., M.T., menjelaskan bahwa berdasarkan pemantauan satelit NOAA, saat ini terdapat dua siklon tropis, yaitu Siklon Vince dan Siklon Taliah, yang berada di barat daya Pulau Sumatera. Keberadaan siklon ini berdampak signifikan terhadap kondisi cuaca di Provinsi Lampung dan sebagian Pulau Jawa, menyebabkan peningkatan curah hujan serta kecepatan angin yang dapat memicu bencana seperti banjir, tanah longsor, dan kerusakan infrastruktur.
- Rencana Pemerintah Setop Ekspor LNG Bakal Jamin Pasokan Energi Domestik
- Dorong Transisi Energi, PGN dan Aerotrans Hadirkan BBG untuk Kendaraan Operasional
- PTPN I Gandeng Kulaku Berdayakan Petani Kelapa Desa Bulok
“Siklon terjadi akibat suhu permukaan laut yang hangat, yang mendorong proses penguapan tinggi dan membentuk awan badai besar. Fenomena ini diperkuat oleh gerak siklonik akibat gaya Coriolis, yang menyebabkan rotasi sistem tekanan rendah. Peningkatan suhu global akibat perubahan iklim mempercepat pemanasan lautan, meningkatkan intensitas serta kekuatan siklon,” jelas Alvin, Kamis (6/2/2025).
“Siklon terjadi akibat suhu permukaan laut yang hangat, yang mendorong proses penguapan tinggi dan membentuk awan badai besar. Fenomena ini diperkuat oleh gerak siklonik akibat gaya Coriolis, yang menyebabkan rotasi sistem tekanan rendah. Peningkatan suhu global akibat perubahan iklim mempercepat pemanasan lautan, meningkatkan intensitas serta kekuatan siklon”
Analisis terbaru menunjukkan bahwa suhu rata-rata global mencapai rekor tertinggi dalam beberapa dekade terakhir, yang berkontribusi terhadap semakin destruktifnya siklon tropis dengan angin kencang, curah hujan ekstrem, serta potensi dampak bencana yang lebih besar.
- Rencana Pemerintah Setop Ekspor LNG Bakal Jamin Pasokan Energi Domestik
- Dorong Transisi Energi, PGN dan Aerotrans Hadirkan BBG untuk Kendaraan Operasional
- PTPN I Gandeng Kulaku Berdayakan Petani Kelapa Desa Bulok
Mitigasi dan Kesiapsiagaan Menghadapi Cuaca Ekstrem
Untuk mengurangi dampak bencana akibat siklon tropis, masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi cuaca yang disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG secara berkala merilis peringatan dini mengenai potensi cuaca ekstrem dan gelombang tinggi melalui berbagai platform, seperti aplikasi Info BMKG, media sosial, dan siaran berita.
Selain itu, masyarakat dan pemerintah daerah perlu meningkatkan kesiapsiagaan dengan memastikan kondisi infrastruktur dan tata kelola air yang baik. Salah satu langkah penting adalah pemeliharaan sistem drainase guna mencegah banjir. Saluran air yang tersumbat oleh sampah atau sedimentasi dapat memperburuk kondisi banjir, sehingga pembersihan drainase harus dilakukan secara rutin. Pembangunan sistem resapan air seperti sumur resapan dan ruang terbuka hijau juga dapat membantu mengurangi genangan air dan mempercepat penyerapan air ke dalam tanah.
Pemerintah juga perlu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai mitigasi bencana melalui edukasi dan sosialisasi. “Program pelatihan kebencanaan yang melibatkan warga dapat membantu meningkatkan kesiapsiagaan mereka dalam menghadapi ancaman cuaca ekstrem. Masyarakat perlu memahami langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum, saat, dan setelah bencana terjadi, termasuk cara mengungsi dengan aman dan menyiapkan perlengkapan darurat,” pungkas Alvin. (*)