OVO-Grab Segera Luncurkan Produk Reksadana Pasar Uang
Yunike Purnama - Jumat, 15 November 2019 21:30
Kabarsiger.com, Jakarta - PT Visionet Internasional (OVO), platform pembayaran digital di Indonesia bekerja sama dengan Grab Holdings Inc, platform layanan mobile dan transportasi on-demand di Asia Tenggara, akan segera meluncurkan produk reksadana pasar uang pada awal bulan depan, seiring target perusahaan untuk ekspansi ke bisnis jasa keuangan.
OVO segera meluncurkan beberapa produk reksadana pasar uang dalam aplikasinya. Langkah itu merupakan upaya OVO untuk memberikan kesempatan kepada nasabah/pengguna OVO agar bisa berinvestasi, dibandingkan selama ini dana nasabah menganggur dalam e-wallet OVO mereka.
"Kami berfikir OVO akan seperti Yu'e Bao di Indonesia," ujar Chief Executive OVO, Jason Thompson dilansir Wall Street Journal (14/11/2019).
Thompson menyatakan dengan mengacu pada kesuksesan produk reksadana pasar uang Yu'e Bao, perusahaan afiliasi raksasa internet China, Alibaba Group Holding Ltd tersebut berhasil mencatatkan dana kelolaan lebih dari US$160 miliar pada akhir 2018.
Thompson menambahkan perusahaan juga akan meluncurkan layanan pinjaman secara offline kepada usaha kecil dan menengah di Indonesia. OVO telah menjadi salah satu dompet digital terdepan yang bekerja sama dengan berbagai merchants, pusat perbelanjaan dan e-commerce seperti Tokopedia.
Bisnis jasa keuangan perusahaan yang berusia dua tahun ini akan menjadi kunci meraih pertumbuhan dan bisnis yang berkelanjutan. Thompson menyatakan awal tahun ini perseroan telah berkolaborasi dengan PT Bareksa Portal Investasi (Bareksa), marketplace investasi terintegrasi pertama di Indonesia. OVO juga menggandeng Prudential Plc cabang Asia untuk menjual produk asuransinya.
Reksadana pasar uang umumnya berinvestasi di instrumen pasar uang dan surat utang jangka pendek dengan risiko minimal, sehingga menawarkan likuiditas tinggi kepada investor dan potensi imbal hasil lebih tinggi dari deposito.
Saat ini para investor beramai-ramai merambah bisnis teknologi finansial (fintech), karena peluang besar industri ini di Asia Tenggara yang memiliki total jumlah penduduk 600 juta jiwa. Industri fintech digadang menjadi industri paling potensial di masa depan setelah bisnis belanja online (e-commerce) dan layanan transportasi berbasis aplikasi online.
Menurut studi terkini oleh Google, Bain & Co, dan Temasek Holdings disebutkan transaksi digital di Asia Tenggara diprediksi melampaui US$1 triliun atau sekitar Rp14.000 triliun pada 2025 atau hampir 50 persen dari total pembayaran konsumen di kawasan.
Untuk diketahui, pertengahan Maret lalu OVO mengumumkan kemitraan strategis dengan Bareksa dan penyedia layanan pinjaman dengan pertumbuhan pesat, Do-It dan Taralite. Langkah strategis ini memperluas cakupan layanan OVO di luar pembayaran, menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia untuk memperoleh pembiayaan yang cepat dan dapat diandalkan.
Kemitraan ini untuk meningkatkan daya beli masyarakat Indonesia, serta memberikan jutaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kesempatan lebih luas untuk memperoleh modal pengembangan usaha.
President Director OVO, Karaniya Dharmasaputra yang juga CEO & Co Founder Bareksa, menyatakan OVO terus menghadirkan inovasi untuk menjawab kebutuhan pengguna dan merchant serta tercapainya inklusi keuangan yang berkesinambungan. Melalui kemitraan dengan Bareksa, pengguna OVO mendapatkan akses investasi secara langsung, dengan potensi imbal hasil (return) 5-6 persen per tahun.
OVO memang menargetkan semakin memperluas bisnis keuangannya. Setelah menorehkan catatan gemilang di bisnis dompet digital, perseroan menargetkan semakin memperluas dan memperkuat bisnis asuransi dan wealth management. Sekitar lima tahun mendatang, OVO ingin melayani seluruh masyarakat Indonesia, termasuk bagi yang unbanked dan underserved.
Sehingga OVO akan fokus dalam pengembangan produk dan layanan finansial untuk memastikan pemerataan akses keuangan. Produk yang akan hadir di OVO seperti pembayaran, pinjaman, asuransi, dan wealth management untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Awal Oktober lalu, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara, menyatakan, OVO bergabung di jajaran unicorn asal Indonesia, sebagai perusahaan pembayaran dan layanan keuangan digital pertama.
Dalam laporan CB Insights bertajuk The Global Unicorn Club disebutkan OVO memiliki valuasi US$2,9 miliar atau setara Rp40,6 triliun. Unicorn merupakan julukan bagi startup yang memiliki valuasi di atas US$1 miliar atau Rp14 triliun. CB Insights menyatakan OVO menyandang status unicorn sejak 14 Maret 2019. Pertumbuhan valuasi OVO dinilai cukup cepat bahkan melampaui valuasi Traveloka dan Bukalapak yang sudah lebih dahulu menyandang status unicorn.
Daftar Unicorn RI
1. GO-JEK dengan valuasi US$10 miliar (Rp140 triliun)
2. Tokopedia dengan valuasi US$7 miliar (Rp98 triliun)
3. OVO dengan valuasi US$2,9 miliar (Rp40,6 triliun)
4. Traveloka dengan valuasi US$2 miliar (Rp28 triliun)
5. Bukalapak dengan valuasi US$1 miliar (Rp14 triliun)
Sebagai informasi, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Sementara itu, reksadana pasar uang adalah jenis reksadana yang melakukan investasi pada jenis instrumen investasi pasar uang dangan masa jatuh tempo kurang dari satu tahun.
Bentuk instrumen investasinya dapat berupa time deposit (deposito berjangka), certificate of deposit (sertifikat deposito), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dan berbagai jenis instrumen investasi pasar uang lainnya.
Tujuannya untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. Risikonya relatif paling rendah dibandingkan reksadana jenis lainnya.(*)