Menteri Bahlil Tuding Batu Bara dan Bahan Bakar Fosil Picu Polusi Udara
Yunike Purnama - Kamis, 31 Agustus 2023 06:11JAKARTA - Menteri Investasi dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan biang kerok polusi udara yang memburuk di Jakarta berasal dari masih digunakannya batu bara dan bahan bakar fosil.
Bahlil mendorong, dunia menggunakan mobil listrik untuk kendaraan keseharian mereka guna mengkampanyekan program green energy atau energi hijau.
"Polusi di Jakarta ini terlalu tinggi karena kita memakai batu bara dan memakai fosil," katanya di dalam kuliah umum ddi UIN Syarif Hidayatullah.
Bahlil mengatakan penggunaan mobil listrik dan dorongan menuju energi hijau bisa menurunkan polusi serta memanfaatkan sumber daya minetal yaitu nikel untuk menggenjot baterai listrik.
- Rekomendasi Film Bioskop Tayang September 2023
- Kemendag Tingkatkan Standar Kompetensi Kerja Pembimbing Ibadah Haji
- Pupuk Indonesia Kerjasama Perusahaan Jerman Kembangkan Green Hydrogen dan Green Ammonia
- Kilang Pertamina Plaju Raih Penghargaan Platinum Annual Global CSR & ESG Awards 2023
Cadangan nikel Indonesia diakui melimpah, dengan adanya cadangan tersebut membuat potensi Indonesia untuk mengurangi polusi dengan menggunakan kendaraan listrik bisa terwujud.
Hal ini senada dengan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pemanfaatan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang ramah lingkungan. Hal ini diharapkan juga mampu menekan polusi akhir-akhir ini yang menimpa Jakarta.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, salah satu opsi untuk mengatasi tingkat polutan tinggu dengan mendorong peningkatan oktan pada BBM.
Arifin pun tak menampik bahwa permasalahan gas buang dari bahan bakar minyak (BBM) turut menjadi permasalahan yang perlu diatasi. Penyebabnya, tingkat polutan yang dihasilkan dari BBM menjadi salah satu penyumbang polusi udara di tanah Air.
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengungkapkan, faktor utama pencemaran emisi atau penyebab memperburuknya kualitas udara di Ibu Kota Jakarta dan sekitarnya adalah PLTU dan kendaraan bermotor.
Siti menyebut dari kendaraan dengan kontribusi 44%, lalu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 34%, dan sisanya adalah lain-lain, termasuk dari rumah tangga.(*)