Mengenal Sejarah Tirakatan dan Filosofinya yang Digelar Setiap Malam Kemerdekaan

Yunike Purnama - Kamis, 17 Agustus 2023 05:42
Mengenal Sejarah Tirakatan dan Filosofinya yang Digelar Setiap Malam KemerdekaanBerbicara tentang kemerdekaan tentu tidak asing di telinga Anda istilah tradisi malam tirakatan. (sumber: Ist)

JAKARTA - Hari Kemerdekaan Indonesia diperingati setiap tanggal 17 Agustus. Berbicara tentang kemerdekaan tentu tidak asing di telinga Anda istilah tradisi malam tirakatan. Apa itu malam tirakatan dan bagaimana filosofinya?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian tirakatan adalah menahan hawa nafsu dengan cara berpuasa atau berpantang. 

Namun secara umum, dikutip dari laman resmi Universitas Gadjah Mada, tradisi malam tirakatan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI adalah tradisi rutin masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya yang dilaksanakan pada malam tujuh belas Agustus.

Sebagian besar masyarakat biasanya adalah masyarakat Jawa dan Jogjakarta baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan akan melaksanakan tradisi ini. Tradisi ini biasa dilaksanakan di tiap-tiap RT, desa atau kampung.

Sejarah 

Dikutip dari sumber yang sama malam tirakatan mulai dilakukan oleh masyarakat semenjak pasca kemerdekaan sebagai ekspresi rasa syukur atas kemerdekaan yang telah dicapai.

Sementara itu, jika dilihat dari kerangka budaya nenek moyang, upaya untuk menenangkan diri dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Apa yang Dilakukan Saat Tirakatan?

Pada malam tirakatan, para warga biasanya akan melaksanakan doa bersama untuk mengenang para pahlawan yang telah gugur di medan perang. Selain itu, malam tirakatan biasanya juga diisi dengan sambutan dari sesepuh atau tokoh setempat dilanjutkan dengan makan bersama serta ramah tamah. 

Beberapa daerah terkadang juga mengadakan sholawatan serta pengajian dalam rangkaian susunan acara. Ada juga yang menggelar pertunjukan budaya seperti wayang atau pentas seni yang biasanya diikuti oleh para warga desa mulai dari anak-anak, karang taruna, hingga bapak-bapak dan ibu-ibu. (*)

Editor: Redaksi
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS