Kunci Maksimalkan Penerapan ESG
Yunike Purnama - Jumat, 21 Juli 2023 18:07JAKARTA - ESG dalam bisnis saat ini tampaknya telah menjadi fokus utama bagi para pengusaha. Seperti yang telah Anda ketahui, perusahaan yang mampu menerapkan berbagai aspek dari ESG dengan baik akan memperoleh insight yang tajam mengenai berbagai isu strategis dalam jangka panjang. Tidak mengherankan jika hal ini nantinya akan dapat membawa dampak yang positif pada pengelolaan jangka panjang perusahaan.
Semakin banyak perusahaan yang menyadari bahwa penerapan ESG tentu dapat memberikan keuntungan jangka panjang, termasuk peningkatan citra merek, akses ke modal yang lebih baik, dan hubungan yang lebih baik dengan pemangku kepentingan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan yang adaptif akan terus mengembangkan strategi dan praktik ESG yang lebih kuat untuk mencapai keberlanjutan jangka panjang dalam operasi bisnis mereka.
Akan tetapi, meski sudah banyak perusahaan di dunia dan Indonesia yang mampu menerapkan prinsip ESG, ada beberapa tantangan dan kendala yang bisa menghalangi penerapan ESG tersebut.
- Kenaikan Suku Bunga The Fed Belum Sampai Puncaknya, Rupiah Ditutup Melemah
- Harga Batu Bara Acuan Naik pada Juli 2023
- Strategi Bank Danamon (BDMN) Bidik Nasabah Baru
Menurut Koordinator WKU III Kadin Indonesia Shinta Kamdani, kurangnya pemahaman dan kesadaran masih menjadi tantangan besar yang harus dihadapi. Bahkan 60% emiten menganggap pelaporan ESG berbasis kinerja dianggap terlalu kompleks (Mandiri Institute). Setelah pemahaman, biasanya yang menjadi pekerjaan rumah ialah membangun sistem dalam perusahaan, sehingga ESG dapat dijalankan secara holistik oleh semua Departemen sesuai dengan bidangnya.
Hal ini dapat berkaitan dengan tantangan berikutnya yakni kurangnya data yang tersedia dan dapat diakses secara publik. Pelaku usaha umumnya sulit memperoleh informasi mengenai standar penerapan ESG. Oleh sebab itu, banyak pelaku usaha perlu memanfaatkan jasa konsultan untuk merumuskannya. Belum lagi, terbatasnya sumber daya dan keahlian yang dimiliki SDM untuk mengimplementasikan unsur-unsur ESG ke dalam pengembangan usaha maupun operasional perusahaan.
Selanjutnya, menurut Shinta Kamdani, kompleksitas ESG ini juga sering kali harus ditambahi dengan keterbatasan biaya yang akhirnya membuat sejumlah perusahaan merasa belum siap dan akhirnya menunda. ESG masih dilihat sebagai pengeluaran yang tidak perlu. Padahal dalam jangka panjang, maksud dan tujuan penerapannya adalah untuk keberlangsungan perusahaan.
Shinta Kamdani juga turut menambahkan bahwa pelaksanaan ESG saat ini juga belum maksimal dikarenakan dukungan pemerintah atau regulator yang belum terfokus. Saat ini terdapat beberapa ragam kriteria atau standar dalam pemenuhan ESG, masing-masing disusun oleh lembaga, perusahaan atau organisasi yang berbeda dengan fokus penyajian informasi yang berbeda juga. Standar yang berbeda tersebut menjadikan informasi yang disajikan menjadi tidak seragam dan analisa yang dilakukan oleh investor pun berbeda-beda.
Selain itu, tampaknya masih perlu dibuatkan payung hukum atau peraturan perundang-undangan yang menaungi pelaksanaan ESG, yang akan mempertegas komitmen pemerintah untuk membuka ruang investasi yang berlandaskan standar ESG. Pelaku usaha pun perlu regulasi yang mengikat secara luas diimbangi dengan penerapan sanksi bagi yang tidak patuh dapat menjadi cambuk agar perusahaan di Indonesia fokus pada penerapan ESG.(*)