Krisis Inggris Makin Menggila
Yunike Purnama - Sabtu, 01 Oktober 2022 12:53INGGRIS - Krisis ekonomi yang melanda Inggris makin menjadi-jadi. Hal itu terlihat mulai dari kenaikan harga pangan dan energi yang menyebabkan beberapa kalangan memutuskan untuk menjadi pekerja seks komersial hingga anak-anak terpaksa memakan karet.
Berdasarkan laporan terbaru, menyebutkan bahwa anak-anak yang kelaparan bahkan mengunyah karet atau bersembunyi di taman bermain saat berada di sekolah. Hal ini disebabkan karena keluarga mereka tak mampu menyediakan makan siang.
Satu sekolah di Lewisham, London Tenggara, memberitahu badan amal Chefs in Schools tentang seorang anak yang 'berpura-pura membawa kotak makan yang kosong'.
Anak itu sendiri diketahui tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan makanan sekolah gratis dan tidak ingin teman-teman mereka mengetahui bahwa tidak ada bekal yang dibawa dari rumah.
- Bank Dunia Ubah Metode Perhitungan Garis Kemiskinan
- Kemenkeu: Bansos Sembako dan PKH Senilai Rp18,4 triliun Cair Minggu Depan
- Harga Pertamax Turun Jadi Rp13.900 per Liter, Ini Alasannya
Kelompok bantuan amal masyarakat juga mengatakan kepada Observer minggu ini bahwa mereka berjuang untuk mengatasi permintaan baru dari keluarga yang tidak mampu memberi makan anak-anak mereka.
"Kami mendengar tentang anak-anak yang sangat lapar sehingga mereka makan karet di sekolah. Anak-anak datang karena belum makan apapun sejak makan siang sehari sebelumnya. Pemerintah harus melakukan sesuatu," kata Kepala Eksekutif Chefs in Schools, Naomi Duncan, kepada The Guardian, dikutip Sabtu, 1 Oktober 2022.
Di Inggris, semua anak sekolah berhak atas makanan sekolah gratis. Namun, hanya anak-anak yang orang tuanya berpenghasilan kurang dari 7.400 pound (Rp 120,5 juta) per tahun yang memenuhi syarat, dan masih ada 800.000 anak yang tidak termasuk dalam daftar penerima makanan gratis itu, menurut Kelompok Aksi Kemiskinan Anak.
Inggris sendiri saat ini dilanda krisis biaya hidup. Hal ini didorong oleh lonjakan harga energi dan pangan pasca perang Rusia-Ukraina yang mengakibatkan inflasi cukup tinggi di negara itu.
Pada Agustus 2022, tingkat inflasi di Inggris masih berada di level 9,9% secara year-on-year. Untuk inflasi inti, yang tidak termasuk energi yang mudah menguap, makanan, alkohol dan tembakau, naik 0,8% secara bulan ke bulan dan 6,3% secara year-on-year.
Ini juga akhirnya mengubah perilaku beberapa warga. Bahkan, ada sejumlah besar wanita Inggris yang memutuskan untuk menjadi pekerja seks komersial (PSK).
- Car Free Day, Wali Kota Bandar Lampung Seruput Teh Gunung Dempo
- Pesta Rakyat Simpedes BRI Sukses Hadirkan 55 Ribu Warga Bandar Lampung
- Cek Harga Emas Antam di Pegadaian pada Selasa, 27 September 2022
Data terbaru English Collective of Prostitution, yang dikutip akhir bulan lalu, di awal musim panas negara itu saja, pada Juni dan berakhir September, ada tambahan jumlah PSK hingga 1/3.
Sementara itu, untuk mengatasi krisis terbaru ini, Perdana Menteri (PM) Liz Truss berencana menerapkan subsidi energi untuk membatasi tagihan energi rumah tangga tahunan di angka 2.500 pound atau Rp 42,7 juta per tahun. Ini nantinya diharapkan mampu untuk menekan biaya hidup yang semakin tinggi.
Untuk memuluskan hal ini, Truss akan menebar bantuan hingga 100 miliar pound atau setara Rp 1.700 triliun. Bantuan ini nantinya akan mengkompensasi harga gas dan bahan bakar lainnya yang dibayarkan perusahaan energi untuk menghasilkan tenaga listrik. (*)