Kerja Sama dengan PT Mitra Aren Indonesia, Petani Aren Sukabumi Naik Kelas
Eva Pardiana - Kamis, 02 Juni 2022 08:19SUKABUMI – Petani masih dianggap sebagai profesi yang kurang menjanjikan bagi sebagian anak muda. Karena itu, banyak pemuda di kampung yang memilih merantau ke kota untuk bekerja. Namun hal itu tidak berlaku bagi Nogi Yuga Sugiawan, pemuda asal Sukabumi yang memilih mengembangkan potensi yang ada di kampungnya.
Nogi bersama puluhan petani aren atau enau/arenga pinnata mengantungkan hidupnya dari pengolahan nira aren sebagai sumber penghidupan mereka.
Awalnya, ia mengungkapkan melihat pentingnya pohon aren bagi kehidupan masyarakat di kampung mereka.
"Banyak keluarga saya yang menjadi petani pengolah gula aren tetapi selama ini mereka mayoritas kurang mampu. Karena memang produk gula yang dihasilkan masih belum standar," kata dia saat diwawancari Wongkito.co, jaringan Kabarsiger.com, baru-baru ini.
Atas tekad ingin mendongkrak perekonomian petani aren, dia mengaku mulai mencari cara bagaimana gula aren yang mereka produksi menjadi pilihan pasar dengan produk yang berkualitas.
- Cek Harga Emas Antam di Pegadaian, Kamis 2 Juni 2022
- 9 Cara Cepat Mendapatkan Uang dari TikTok
- Isu Transformasi Digital di G20 Krusial untuk Indonesia
Hingga akhirnya, sekitar 3 tahun lalu, Nogi berkesempatan bertemu dengan pembeli gula aren yang ternyata juga pemilik pabrik pengolahan gula aren, Iis Letty Jumiati.
Pembuatan gula aren pun sejak itu mulai diseragamkan dengan standar yang telah ditetapkan PT Mitra Aren Indonesia, perusahaan milik Iis Letty Jumiati.
"Kini gula aren yang diproduksi petani, kualitasnya premium," ujar Nogi.
Untuk memenuhi kebutuhan gula aren yang di pasok ke PT Mitra Aren Indonesia, ia mengatakan dirinya secara rutin memastikan kualitas produk yang mereka produksi sesuai standar yang telah disepakati.
"Saya bersama 46 petani di dua kasepuhan wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak memilih untuk menjaga dan menjadikan pohon aren sebagai andalan memenuhi mencukupi kebutuhan ekonomi, karena itu kualitas gula merupakan hal paling penting," ujarnya.
Nogi menjelaskan dua kasepuhan yang kini telah secara konsisten memroduksi gula aren kualitas premium tersebut adalah Kasepuhan Cipta Mulya dan Kasepuhan Sirna Resmi. Setiap petani di dua kasepuhan ini rata-rata memiliki 5-10 pohon aren.
- Bingung Mau Kerja Apa? Ini 5 Profesi yang Sekarang Banyak Dicari di Dunia Kerja
- Perkuat Transisi Energi, Pertamina Renewable Diesel Hadir Untuk EV Jakarta E-Prix 2022
- IHSG Diprediksi Menguat Jelang Rilis Inflasi, Simak Menu Saham Hari Ini
Andalkan Gula Aren
Petani aren lainnya, Emi (28) menjelaskan dirinya dan suami berbagi tugas dalam memroduksi gula aren. "Suami saya yang melakukan penyadapan nira sampai di bawah ke pondok untuk di masak, saya yang memasak," kata perempuan muda ini bercerita.
Pengolahan gula aren, tambah dia selama ini belum menjadi penghasilan utama masyarakat di desa tersebut karena harganya murah dan menjualnya pun tidak bisa rutin karena sangat tergantung dengan tengkulak.
Namun, sejak tiga tahun terakhir, gula aren dari Desa Sirna Rasa menjadi salah satu pemasok ke PT Mitra Aren Indonesia. Hal itu membuat penghasilan petani aren menjadi lebih stabil.
"Kami membuat gula sesuai dengan standar atau permintaan yang telah ditentukan oleh perusahaan, gula yang bersih dan tidak ditambah bahan kimia diantara syarat yang ditentukan," kata dia.
Penjualan gula pun kini cenderung stabil berkisar 70 kilogram sampai 100 kilogram per minggu. Gula biasanya dikumpulkan dan dibawa ke pabrik untuk diolah menjadi gula semut atau gula cair sesuai dengan produk yang dihasilkan perusahaan yang berlokasi di wilayah Cikembar, Sukabumi, Jawa Barat tersebut.
PT Mitra Aren Indonesia merupakan perusahaan pengolahan produk gula aren menjadi gula semut dan gula aren cair. Perusahaan ini menjadi pemasok pada sejumlah perusahaan nasional maupun multinasional di Indonesia. Bahkan, telah mengekspor gula semut ke sejumlah negara, seperti Malaysia dan Korea Selatan. (*)