Hebatnya Iron Dome, Tetapi Akhirnya akan Kalah
Yunike Purnama - Sabtu, 28 Oktober 2023 06:15DALAM beberapa minggu terakhir Iron Dome bekerja sangat keras. Ribuan roket diluncurkan ke kota-kota Israel. Dan ini menjadi tanggungjawab sistem tersebut untuk mematahkannya.
Sejumlah roket Hamas terbukti luput dari intersepsi Iron Dome. Tetapi jika sistem ini tidak bekerja dengan baik, kerusakan yang dialami oleh Israel pasti jauh lebih buruk.
Iron Dome telah menjadi tulang punggung sistem pertahanan udara Israel. Sebagiamana ditulis Popular Mechanics 25 Oktober 2023, munculnya senjata tersebut dimulai pada tahun 2001. Saat itu pejuang Palestina mulai mengancam Israel dengan mengerahkan sistem senjata baru yang dikenal sebagia roket Qassam.
Ini adalah roket mentah dan sederhana. Terbuat dari pipa baja dan propelannya terbuat dari campuran padat gula dan kalium nitrat. Hulu ledaknya terbuat dari TNT dan urea nitrat. Kalium nitrat dan urea nitrat adalah pupuk yang banyak dijual.
Campuran bahan-bahan umum ini memudahkan sumber bahan untuk roket. Bahkan di bawah pembatasan dan blokade impor militer Israel Hamas berhasil menyelundupkan barang-barang tersebut.
Hal ini juga membuat sulit untuk mendeteksi penumpukan roket. Atau berapa tepatnya jumlah roket yang ditimbun. Hamas juga menggunakan senjata buatan Iran yang diselundupkan ke Gaza melalui Laut Merah, termasuk roket berat Fajr-5 .
Hamas bukan satu-satunya ancaman. Hizbullah yang berbasis di Lebanon mengancam Israel dari Utara. Mereka memiliki kekuatan roket lebih besar dan kuat . Berbeda dengan Jalur Gaza, yang kecil dan terisolasi, Hizbullah bisa menerima pasokan dari pendukungnya di Suriah dan Iran. Mereka memiliki senjata yang jauh lebih canggih. Beberapa di antaranya termasuk roket artileri berat Shahin buatan Iran, rudal balistik jarak pendek Fateh 110 dan Zelzal, dan bahkan rudal Scud .
Roket sejauh ini tetap merupakan senjata paling efektif dalam inventaris kedua kelompok tersebut. Senjata-senjata tersebut dapat ditembakkan dari mana saja. Meskipun senjata-senjata tersebut hampir tidak akurat, dengan jumlah besar tetap akan memunculkan ancaman serius.
Karena tidak bisa membedakan objek sipil dan militer roket berdasarkan hukum konflik internasional didefinisikan sebagai senjata teror dan ilegal. Statuta Roma , yang mengatur Mahkamah Pidana Internasional, menyatakan bahwa menggunakan senjata, proyektil dan material serta metode peperangan yang pada dasarnya tidak pandang bulu adalah kejahatan perang .
Pada tahun 2000-an, Israel menghadapi beberapa serangan roket dari wilayah Palestina. Satu-satunya pilihan yang tersedia adalah membentuk sistem pertahanan sipil. Yakni memperingatkan warga sipil untuk berlindung ketika rudal terdeteksi. Selanjutnya mengirimkan pesawat untuk menyerang lokasi peluncuran.
Hal ini tidak memuaskan, karena Angkatan Bersenjata Israel bagiamanapun tidak dapat menghentikan roket di udara. Dan jarang mampu menghancurkan roket sebelum diluncurkan. Sementara itu, kepadatan penduduk Israel yang tinggi, membuat lebih banyak orang berada dalam risiko.
Iron Dome Lahir
Hingga pada awal tahun 2010-an, Israel telah menghasilkan solusi yakni Iron Dome. Baterai Iron Dome terdiri dari tiga peralatan. Yang pertama adalah Radar Multi-Misi ELM-2084. Radar yang mampu melacak 1.200 roket yang masuk sekaligus.
Kedua sistem manajemen pertempuran dan kendali senjata. Ini biasanya sebuah trailer dengan pengontrol manusia dan komandan unit di dalamnya. Dan yang ketiga adalah 3–4 unit tembak. Setiap unit penembakan memiliki 20 pencegat Tamir dalam posisi siap menembak.
Iron Dome mendeteksi roket yang masuk dari jarak 70 km. Setelah Iron Dome melacak sebuah roket, dia dapat memperkirakan dimana roket akan jatuh. Jika area tumbukan tidak berpenghuni, Iron Dome tidak akan menyerangnya. Ini memungkinkan roket untuk melanjutkan perjalanannya. Hal ini dilakukan untuk menghemat rudal Tamir dan mengurangi kemungkinan sistem kewalahan dalam serangan massal.
Jika sebuah roket mengarah ke daerah berpenduduk, Iron Dome akan meluncurkan rudal Tamir untuk mencegatnya. Radar ELM-2084 memandu rudal Tamir melalui tautan data nirkabel. Hal ini menjelaskan bagaimana rudal Tamir terlihat di malam hari membelokkan jalur penerbangannya. Terkadang memutar balik untuk mencegat roket yang menuju ke arah berlawanan.
Saat Tamir mendekati roket sasaran, radar yang dipasang di hidungnya mendeteksi rudal tersebut dan mengambil alih panduan. Setelah rudal cukup dekat dengan roket, sekering jarak di dalamnya akan mendeteksi roket tersebut. Kemudian meledakkan hulu ledak rudal yang memiliki daya ledak tinggi sehingga roket penyerang.
Sistem ini dipercaya memiliki tingkat keberhasilan tinggi. Sebagaimana dicatat Pusat Studi Strategis dan Internasional , pada tahun 2014 sebanyak 4.500 roket dan mortir diluncurkan ke Israel. Sekitar 800 roket diidentifikasi sebagai ancaman terhadap pusat populasi. Dan dari jumlah tersebut 735 berhasil ditembak jatuh. Ini berarti tingkat keberhasilan pencegatan mencapai 90 persen.
Permainan Angka
Tetapi sebagus apapun Iron Dome, ini adalah strategi yang akan kalah dalam jangka panjang. Iron Dome adalah sistem senjata yang sukses dalam pertempuran individu. Namun sebagai sistem pertahanan nasional, sistem ini rentan kewalahan oleh ribuan roket Palestina.
Nilai ekonomi dari pencegatan ini juga cenderung merugikan Israel. Biaya satu pencegatan bisa 60 kali lipat atau lebih mahal dibandingkan dengan roket yang dihancurkan. Rudal tamir diperkirakan seharga US$50.000 atau sekitar Rp790 juta. Sementara satu roket sekitar Rp12 juta. Jelas tidak sebanding.
Pejuang Palestina memenangkan permainan angka. Hamas mengklaim pihaknya menembakkan 5.000 roket pada tanggal 7 Oktober pada awal perang. Dan hampir pasti masih ada ribuan roket lainnya. Hizbullah diyakini memiliki 150.000 roket dari berbagai jenis . Semuanya jauh lebih efektif daripada yang diterjunkan di Gaza. Tidak ada yang tahu berapa banyak rudal Tamir yang dimiliki Israel. Tetapi jumlahnya tidak mendekati 150.000.
Baterai Iron Dome lengkap berharga US$50 juta atau sekitar Rp8 miliar. Ada sepuluh baterai yang operasional. Ini berarti dengan total investasi US$500 juta atau sekitar Rp8 triliun. Harga satu unit pencegat Tamir sekitar US$50.000. Bahkan dengan persediaan 2.000 Tamir saja akan menelan biaya US$100 juta atau sekitar Rp1,5 triliun. (*)