Hasil Sinergi Ultramikro Holding BRI Mulai Terwujud

Yunike Purnama - Sabtu, 11 November 2023 18:35
Hasil Sinergi Ultramikro Holding BRI Mulai Terwujud- Head of Research Team II PT Mirae Asset Sekuritas Handiman Soetoyo mengatakan sinergi ultramikro holding PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) atau BRI mulai menunjukkan hasil kepada kinerja perseroan. (sumber: Panji Asmoro/TrenAsia)

JAKARTA - Head of Research Team II PT Mirae Asset Sekuritas Handiman Soetoyo mengatakan sinergi ultramikro holding PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) atau BRI mulai menunjukkan hasil kepada kinerja perseroan.

Menurut Handiman, sinergi yang dihasilkan oleh ultramikro holding terbukti sangat penting dalam menciptakan sumber pertumbuhan baru dalam kaitannya dengan aset, pendapatan, dan profitabilitas.

“Kami yakin masih ada ruang untuk peningkatan lebih lanjut mengingat kompleksitas dalam bisnis ultramikro yang mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menyempurnakan proses bisnis di tiga entitas yang berbeda,” kata Handiman dikutip dari riset Mirae Asset, Kamis, 9 November 2023.

Dengan sinergi yang mulai menunjukkan hasil ini, Handiman memprediksi pendapatan BRI kemungkinan akan meningkat lebih tinggi pada kuartal IV-2023.

Percepatan pertumbuhan pendapatan ini didorong oleh pertumbuhan pinjaman yang berkelanjutan, khususnya di segmen mikro dan ultra-mikro yang menguntungkan perseroan.

Kinerja BRI Kuartal III-2023

Perbankan pelat merah dengan kode saham BBRI ini berhasil mencetak laba bersih konsolidasi Rp44,21 triliun. Angka ini melonjak 12,47% secara tahunan dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp38,31 triliun.

Asal tahu saja, laba bersih konsolidasi merupakan total laba perusahaan yang dialokasikan ke pemegang saham induk perusahaan. Adapun untuk laba BRI only pada kuartal III-2023 melesat 4,89% menjadi Rp44,21 dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp37,18 triliun.

Merujuk laporan keuangan yang dipublikasikan, peningkatan laba BRI pada kuartal III-2023 didorong oleh pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) naik 4,86% secara tahunan menjadi Rp101.17 triliun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp96,51 triliun.

Diketahui pertumbuhan terbatas dari NII dipengaruhi oleh kenaikan beban bunga BRI yang signifikan, mencapai 63,76% secara tahun dan mencapai total Rp 30,70 triliun. Di sisi lain, pendapatan bunga masih mencatat pertumbuhan sebesar 14,4% secara tahunan menjadi Rp 131,89 triliun.

Hal tersebut juga tercermin dalam penurunan margin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM), yang mengalami penurunan dari 7,23% pada September 2022 menjadi 6,97% pada September 2023.

Selain dari bisnis intermediasi, pendapatan BRI juga meningkat melalui komisi, provisi, dan biaya administrasi yang berhasil mencapai Rp 15,56 triliun, menunjukkan pertumbuhan sebesar 12,19% secara tahunan pada September 2023. Namun, di sisi lain, beberapa pos beban operasional juga tercatat mengalami peningkatan, termasuk beban tenaga kerja dan beban lainnya.

Sebagai hasilnya, rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) BRI tetap terjaga pada tingkat yang memadai, namun mengalami kecenderungan peningkatan. BOPO BRI mengalami kenaikan dari 62,59% pada September 2022 menjadi 64,77% pada September 2023.

Dengan kinerja seperti itu, BRI mencapai Return on Asset (ROA) sebesar 3,09% pada September 2023, sementara Return on Equity (ROE) mencapai 18,06%. Sebagai emiten dengan kode BBRI, bank ini memiliki rasio permodalan yang kuat, dengan Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang menguat di tingkat 25,23%.

Di sisi lain, BRI berhasil mencapai pertumbuhan total aset sebesar Rp 1.851,96 triliun atau meningkat sebesar 9,93% secara tahunan pada kuartal III-2023. Prestasi ini terutama didorong oleh perkembangan kredit perusahaan yang terus tumbuh di atas rata-rata perbankan.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kredit perbankan pada September 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 8,96% secara tahunan, mencapai Rp 6.803,4 triliun. Sementara itu, kredit yang disalurkan oleh BRI tumbuh lebih tinggi, yaitu sebesar 12,32% secara tahunan, mencapai Rp 1.184,68 triliun dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar Rp 1.054,72 triliun.

Sementara, dari segi kualitas, kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) menunjukkan variasi. NPL gross mengalami kenaikan menjadi 3,23% pada September 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang berada pada posisi 3,14%. Namun, NPL net menunjukkan tren penurunan menjadi 0,73% dari angka sebelumnya yaitu 0,87%.(*)

Editor: Redaksi
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS