Hari Bahasa Isyarat Internasional 2025 Kembali Ingatkan Kesadaran Terwujudnya HAM Bagi Teman Tuli

Yunike Purnama - Rabu, 24 September 2025 18:15
Hari Bahasa Isyarat Internasional 2025 Kembali Ingatkan Kesadaran Terwujudnya HAM Bagi Teman TuliKegiatan Advokasi Gerkatin Provinsi Lampung dan Sadila (sumber: Ist)

BANDARLAMPUNG - Hari Bahasa Isyarat Internasional 2025 mengangkat tema "No Human Rights Without Sign Language Rights" yang artinya "Tidak Ada Hak Asasi Manusia Tanpa Hak Bahasa Isyarat".

Hari Bahasa Isyarat Internasional merupakan kesempatan unik untuk mendukung dan melindungi identitas linguistik dan keragaman budaya semua penyandang tuna rungu dan pengguna bahasa isyarat lainnya. Setiap orang memiliki hak asasi manusia yang melekat sejak lahir.

Kegiatan teman tuli bersama HWDI Lampung. foto: Yunike Purnama

Latar Belakang Hari Bahasa Isyarat Internasional

Mengutip situs resmi PBB, Majelis Umum PBB telah menetapkan tanggal 23 September sebagai Hari Bahasa Isyarat Internasional untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya bahasa isyarat dalam perwujudan penuh hak asasi manusia bagi penyandang tuna rungu.

Pemilihan tanggal 23 September memperingati hari berdirinya Hari Tuli Sedunia (WFD) pada tahun 1951. Hari ini menandai lahirnya sebuah organisasi advokasi yang salah satu tujuan utamanya adalah melestarikan bahasa isyarat dan budaya tuli sebagai prasyarat terwujudnya hak asasi manusia.

Usulan Hari Tuli Sedunia (WFD) diajukan oleh Federasi Tuli Sedunia (WFD), sebuah federasi yang beranggotakan 135 asosiasi nasional tuna rungu, yang mewakili sekitar 70 juta hak asasi manusia tuna rungu di seluruh dunia.

Hari Bahasa Isyarat Internasional pertama kali dirayakan pada tahun 2018 sebagai bagian dari Pekan Internasional Tunarungu. Pekan Internasional Tunarungu pertama kali dirayakan pada bulan September 1958 dan sejak itu berkembang menjadi gerakan global persatuan tunarungu dan advokasi bersama untuk meningkatkan kesadaran akan masalah yang dihadapi kaum tunarungu dalam kehidupan sehari-hari.

Fasilitator Lapang Yayasan Satunama Wilayah Bandar Lampung Sely Fitriani mengatakan, "Saya ingin menyampaikan rasa hormat dan apresiasi saya yang sebesar-besarnya kepada teman-teman tuli dan semua pengguna bahasa isyarat. Kalian adalah bukti bahwa komunikasi tak hanya tentang suara, melainkan tentang makna, identitas dan kebersamaan,"ujarnya.

Semoga di momen seperti ini, kita semakin terpanggil bersama untuk mengakui dan menghargai bahasa isyarat sebagai salah satu bahasa, memastikan akses komunikasi yang setara di layanan publik, pendidikan, pemerintahan, dan interaksi sosial.

Kemudian terus belajar dan membuka diri agar bahasa isyarat makin dikenal & difasilitasi di komunitas kita.Semoga Forum diskusi  komunitas-disabilitas di Bandar Lampung makin inklusif dan saling menguatkan. (*)

Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS