BI Naikkan Suku Bunga Acuan 50 Bps Menjadi 4,25 Persen

Yunike Purnama - Jumat, 23 September 2022 06:52
BI Naikkan Suku Bunga Acuan 50 Bps Menjadi 4,25 PersenGubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual. (sumber: Tangkapan layar)

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25%, dengan suku bunga deposit facility naik menjadi 3,5% dan suku bunga lending facility menjadi 5%.

Keputusan ini ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur BI Edisi Bulan September 2022, Kamis, 22 September 2022. RDG digelar dalam dua hari untuk menentukan arah suku bunga dan kebijakan moneter bank sentral.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21-22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 50 bps menjadi 4,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual.

Perry Wajiyo mengatakan alasan utama bank sentral menaikkan suku bunga adalah mengendalikan tingkat inflasi. Menurut Perry, meski saat ini inflasi inti masih terpantau aman, antisipasi harus dilakukan sejak awal.

"Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loading, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran pada paruh kedua 2023," ujarnya.

Perry menjelaskan kenaikan suku bunga dilakukan sejak awal atau front loading, karena BI tak ingin kebobolan menunggu hingga inflasi melonjak tajam seperti negara lain.

Menurutnya, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif angkutan akan memberikan dampak setidaknya hingga tiga bulan ke depan. Sehingga, jika tak diantisipasi sejak dini, kemungkinan tekanan inflasi lebih tinggi bisa terjadi.

Lagipula, kata Perry, dampak kebijakan moneter biasanya membutuhkan waktu lama untuk bisa transisi ke masyarakat. Setidaknya membutuhkan waktu selama empat kuartal.

"Perlu melakukan sejak sekarang agar ekspektasi inflasi yang sudah meningkat menurun, agar dampak second around tidak terlalu tinggi dan terkendali," jelasnya.

Itu kenapa kenaikan suku bunga 50 bps untuk secara front loaded besar di awal, pre-emptive sebelum kejadian dan melihat ke depan ekspektasi inflasi dengan waktu jeda 4 kuartal dari dampak inflasi dan itu pertimbangan yang kita lakukan," imbuhnya.

Selain itu, langkah kenaikan suku bunga dengan front loaded besar di awal juga untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah. Saat ini, rupiah memang mengalami tekanan akibat berbagai risiko di pasar keuangan global.

"Dengan kenaikan BI rate kita harapkan nilai tukar rupiah akan kembali ke fundamentalnya, karena CAR (Capital Adequacy Ratio) rendah, neraca pembayaran baik, nilai tukar rupiah harusnya menguat. Jadi ini juga untuk memperkuat intervensi stabilisasi nilai tukar rupiah," paparnya.

Tak hanya itu, Perry juga berharap kenaikan suku bunga ini bisa membuat aliran modal asing masuk ke tanah air makin tinggi. Sebab, kenaikan bunga BI akan mendorong kenaikan yield Surat Berharga Negara (SBN).

"Oleh karena itu, operasi twist dengan penjualan SBN naik dan portofolio asing kembali masuk dan memperkuat nilai tukar. Jadi untuk meningkatkan daya tarik imbal asing SBN, agar portofolio kembali masuk dan memperkuat rupiah," pungkasnya. (*)

Editor: Yunike Purnama
Tags suku bunga acuan BIBagikan
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS