BI: Meski Kontraksi, Perekonomian Lampung Mulai Ada Perbaikan
Yunike Purnama - Selasa, 06 Juli 2021 09:21Kabarsiger.com, BANDARLAMPUNG - Di tengah kondisi pandemi Covid-19, perekonomian Lampung terus menunjukkan perbaikan meskipun masih dalam fase kontraksi.
Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan I 2021 terkontraksi sebesar -2,10% (yoy), atau lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar -2,26% (yoy).
Realisasi pertumbuhan triwulan I ini tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I 2020 sebesar 1,74% (yoy). Realisasi pertumbuhan pada triwulan I 2021 ini juga lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera (-0,86%; yoy) dan Nasional (-0,74%; yoy).
Hal ini dipaparkan dalam webinar Lampung Economic Update dalam rangka Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Lampung Mei 2021.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Budiharto Setyawan memaparkan, secara nominal perekonomian Lampung pada triwulan I 2021 berdasarkan ADHB dan ADHK (2010) masing-masing sebesar Rp88,39 triliun dan Rp59,10 triliun.
"Konsumsi rumah tangga, yang memiliki pangsa terbesar terhadap perekonomian Lampung, terkontraksi seiring dengan masih berlangsungnya pembatasan sosial,"ujar Budiharto.
Hal ini antara lain dipengaruhi oleh adanya pembatasan jam operasional kegiatan usaha pusat perbelanjaan hingga pukul 19,00 WIB dan lokasi hiburan lainnya hingga 22.00 WIB yang mulai berlaku 21 Januari 2021 sampai tanggal 8 Maret 2021 lalu.
Selain itu, kegiatan sekolah belajar dari rumah (daring) tetap dilaksanakan hingga 4 April 2021. Kontraksi yang lebih dalam terjadi pada konsumsi pemerintah disebabkan oleh penurunan pertumbuhan realisasi belanja pegawai APBN dan APBD.
Selain itu, terjadi penurunan realisasi belanja barang dan jasa APBN dan APBD. Sebagaimana pola tahunannya, konsumsi pemerintah cenderung rendah pada awal tahun.
Selanjutnya, Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada Juni 2021 mengalami inflasi yaitu sebesar 0,18% (mtm), lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,15% (mtm) namun lebih rendah dari rata-rata inflasi bulan Juni dalam 3 (tiga) tahun terakhir yaitu sebesar 0,52% (mtm).
Sementara inflasi Nasional dan Sumatera pada periode yang sama masing-masing mengalami deflasi sebesar -0,16% (mtm) dan -0,01% (mtm).
Secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung masih berada pada rentang sasaran inflasi tahun 2021 sebesar 3±1% yaitu sebesar 2,34% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional dan Sumatera yaitu sebesar 1,33% (yoy) dan 1,76% (yoy).
Secara spasial, dibandingkan 90 kota perhitungan inflasi nasional, inflasi Kota Bandar Lampung dan Kota Metro pada bulan Juni 2021 tergolong relatif moderat dan masing-masing menempati urutan ke-22 dan ke-28.
"Dilihat dari sumbernya, peningkatan tekanan inflasi pada bulan Juni 2021 didorong oleh peningkatan pada beberapa komoditas seperti mobil, nasi dengan lauk, rokok kretek filter, daging ayam ras dan obat dengan resep,"paparnya.
Kenaikan harga pada komoditas mobil disebabkan oleh kenaikan harga dari produsen akibat adanya kebijakan penurunan relaksasi PPnBM dari 0% menjadi sebesar 50% yang kemudian direvisi kembali menjadi 0% dan masih menunggu keputusan PMK.
Sementara itu peningkatan harga komoditas nasi dengan lauk didorong oleh peningkatan harga pada bahan baku.
Di sisi lain meningkatnya harga pada komoditas rokok kretek filter didorong oleh peningkatan harga dari distributor seiring dengan kenaikan tarif dasar cukai sebesar 12,5% di awal tahun 2021.
Untuk komoditas daging ayam ras, peningkatan harga disebabkan oleh meningkatnya harga pakan ternak. Sementara itu kenaikan harga pada komoditas obat dengan resep disebabkan oleh peningkatan harga impor bahan baku obat.(*)