Inilah 4 Sentimen Negatif yang Buat Pasar Kripto Anjlok Sepekan

Yunike Purnama - Rabu, 23 Agustus 2023 08:22
Inilah 4 Sentimen Negatif yang Buat Pasar Kripto Anjlok SepekanPasar kripto mengalami anjlok dalam hitungan sepekan ke belakang seiring dengan sentimen-sentimen negatif yang terus bergulir. (sumber: TrenAsia)

JAKARTA - Pasar kripto mengalami anjlok dalam hitungan sepekan ke belakang seiring dengan sentimen-sentimen negatif yang terus bergulir.

Menurut pantauan Coin Market Cap, Selasa, 22 Agustus 2023, Bitcoin dalam tujuh hari ke belakang telah mengalami penyusutan hingga 11,31%.

Saat ini, Bitcoin menempati posisi harga US$26.040 atau setara dengan Rp398,41 juta dalam asumsi kurs Rp15.300 per-dolar Amerika Serikat (AS).

Aset-aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar lainnya pun masih bergerak di zona merah dalam sepekan ke belakang.

Ethereum (ETH) telah mencatat penurunan hingga 9,66%, Binance Coin (BNB) 12,48%, Ripple (XRP) 17,24%, dan Cardano (ADA) 9,44%.

Kemudian, Dogecoin (DOGE) mengalami penurunan hingga 16,05%, Solana (SOL) 15,56%, dan TRON (TRX) 10,88%.

Walaupun Ripple (XRP) sempat mengalami kenaikan pada hari Minggu, 20 Agustus 2023, seiring dengan perkembangan positif dari perkembangan kasus Komisi Sekuritas dan Bursa (Securities and Commission Exchange/SEC) AS vs Ripple Labs, namun tren tersebut hanya berlangsung singkat karena XRP kembali melanjutkan penurunan seperti halnya Bitcoin.

Sentimen Negatif Bayangi Investor

Sejumlah sentimen negatif masih menjadi faktor yang membayang-bayangi pelaku pasar, dan keraguan investor untuk mengakumulasi aset kripto pun terlihat dari Fear and Greed Index yang terus menurun.

Kemarin, Alternative.me mencatat Fear and Greed Index berada di level 38, dan angka tersebut turun ke 37 pada pantauan pagi ini. Sementara itu, Bitcoin Fear and Greed Index pun turun dari 35 ke 34.

Berikut ini TrenAsia telah merangkum beberapa sentimen negatif yang mendorong pasar kripto untuk terus melemah dalam sepekan ke belakang.

1. Suku Bunga The Federal Reserve (The Fed)

Kekhawatiran pelaku pasar masih didorong oleh peluang The Fed untuk mempertahankan pengetatan kebijakan moneter yang lebih panjang karena inflasi yang belum mencapai target.

Pada Juli 2023, inflasi AS tercatat naik lagi ke level 3,2% secara tahunan setelah sebelumnya tercatat di angka 3% pada bulan Juni.

Kenaikan inflasi ini terjadi untuk pertama kalinya dalam 13 bulan terakhir dan memunculkan kekhawatiran pengerekan suku bunga lebih lanjut dari The Fed.

Sebagian besar analis pun memperkirakan The Fed baru akan menurunkan suku bunganya tahun depan.

2. Default Perusahaan Properti Raksasa di China

Kegagalan bayar utang alias default yang dialami oleh perusahaan properti raksasa di China juga menjadi sentimen negatif untuk aset berisiko seperti kripto.

Perusahaan properti Evergrande dan Country Garden di China dilaporkan telah mengalami gagal bayar utang, bahkan Evergrande telah mengumumkan kebangkrutan pada hari Kamis, 17 Agustus 2023.

Evergrande telah gagal membayar utang yang nilainya mencapai kisaran Rp4,4 kuadriliun. Sementara itu, jumlah utang yang gagal dibayar oleh Country Garden mencapai Rp2,87 kuadriliun.

3. Elon Musk Menjual Bitcoin Senilai US$373 juta

Wall Street Journal melaporkan perusahaan milik Elon Musk, SpaceX, menjual Bitcoin dengan nilai US$373 juta atau setara dengan Rp5,7 triliun.

Berita terkait menyusutnya kepemilikan Bitcoin di SpaceX ini menyeruak setelah sebelumnya Tesla Motor Inc, perusahaan Elon Musk lainnya, dilaporkan hanya memiliki sisa Bitcoin senilai US$184 juta (Rp2,8 triliun).

Padahal, di awal akumulasi aset kripto ini, Tesla dilaporkan memiliki Bitcoin senilai US$1,5 miliar (Rp22,96 triliun) dan bahkan sempat mengakumulasi BTC hingga US$2 miliar (Rp30,61 triliun).

4. Tingginya Imbal Hasil Obligasi Pemerintah AS

Imbal hasil obligasi pemerintah AS mengalami peningkatan ke level 4,3% yang merupakan tingkat tertinggi sejak tahun 2007.

Peningkatan imbal hasil ini mengindikasikan permintaan terhadap obligasi yang menurun karena masih tingginya potensi The Fed untuk menaikkan suku bunga.

Dengan demikian, pelaku pasar pun tampaknya masih ragu untuk keluar dari aset-aset safe haven dan menahan untuk masuk ke pasar pendapatan tetap.

Tingginya imbal hasil ini pun diikuti oleh melemahnya aset-aset berisiko, termasuk Bitcoin dan kripto-kripto lainnya dengan kapitalisasi pasar terbesar.(*)

Editor: Redaksi
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS