Transformasi Digital Bisnis di Asia Pasifik Butuh Banyak Perbaikan

2021-09-22T10:39:40.000Z

Penulis:Eva Pardiana

Editor:Eva Pardiana

young-woman-holding-credit-card-using-smart-phone-buying-onl.jpg
Ilustrasi digitalisasi dalam dunia bisnis.

SINGAPURA – Edisi ketiga DBS Digital Readiness Survey mengungkapkan, transformasi digital sejumlah segmen bisnis di kawasan Asia Pasifik (APAC) masih membutuhkan banyak perbaikan. 

Survei yang melibatkan sekitar 2.600 usaha di 13 pasar di APAC , Amerika Serikat, dan Inggris menunjukkan tujuh dari 10 (70%) perusahaan besar dan pasar menengah di APAC telah memiliki strategi transformasi digital.

Dalam hal ini, Taiwan memimpin dengan (95%), diikuti Singapura (91%), Tiongkok (87%), dan Hongkong (86%). Persentase tersebut mengalami peningkatan dari tahun lalu, ketika hanya 57% bisnis di APAC yang memiliki strategi digital.

Sementara itu, proporsi bisnis dengan strategi digital jelas juga meningkat yakni tiga dari 10 perusahaan atau sekitar (35%), dari 26% pada tahun sebelumnya. Namun, sekitar setengah (53%) dari perusahaan besar dan pasar menengah di kawasan itu masih dalam tahap awal digitalisasi.

Pasalnya, mereka baru saja mulai mengembangkan peta jalan digital atau dengan rencana saat ini masih belum berkembang. 

“Sekarang, menganut digital menjadi keharusan yang tidak dapat ditawar lagi oleh perusahaan, terlepas dari ukurannya,” kata Global Transaction Services, DBS, Lim Soon Chong, Group Head dalam siaran pers, Selasa 21 September 2021.

Apalagi, pandemi Covid-19 mempercepat kebutuhan layanan bebas kontak dan juga menguji ketahanan rantai pasok.

Sebanyak 97% bisnis di Asia menyatakan bahwa mereka menghadapi tekanan eksternal untuk bertransformasi secara digital. 

Tekanan eksternal yang dimaksud adalah perubahan kebutuhan pelanggan dan permintaan pasar (35%), peningkatan kompleksitas rantai pasokan (26%), dan ancaman kompetitor (20%). (TA)

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Ananda Astri Dianka pada 21 Sep 2021