PT Bursa Efek Indonesia (BEI)
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat lagi pada perdagangan hari ini, Jumat, 7 Juli 2023, setelah keberhasilannya dalam menembus level resistance di angka 6.754 dan terjadinya kenaikan nilai transaksi.
Menurut data RTI Business, Kamis, 6 Juli 2023, IHSG ditutup menguat 0,57% di posisi 6.757,33 setelah sebelumnya bergerak di rentang 6.712,07-6.766,27.
IHSG berhasil menguat pada perdagangan kemarin sementara indeks-indeks bursa Asia terpantau melemah setelah perilisan risalah The Federal Reserve (The Fed) yang mengungkapkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Indeks Nikkei ditutup melemah 1,7% di posisi 32.773 sementara Hang Seng mengalami penurunan yang lebih drastis, yakni sebesar 4,02% di level 18.533.
Kemudian, indeks Shanghai pun melemah 0,54% di level 3.205,57, sedangkan indeks Straits Time menyusut 1,1% di posisi 3.150,43.
Founder WH Project William Hartono mengatakan, dengan keberhasilan IHSG dalam menembus resistance 6.754, kini indeks akan menghadapi resistance psikologis di level 6.800.
"Terjadi kenaikan nilai transaksi harian sehingga membuka potensi IHSG untuk melanjutkan penguatannya," kata William dikutip dari riset harian, Jumat, 7 Juli 2023.
Pada perdagangan kemarin, tercatat sebanyak 306 saham menguat, 218 saham melemah, dan 220 saham tidak mengalami perubahan. Nilai transaksi mencapai Rp9,78 triliun, naik dari Rp8,9 triliun pada perdagangan sebelumnya.
William mengatakan, dengan berhasilnya IHSG dalam menembus resistance di level 6.754, maka IHSG berpotensi untuk bergerak menguat di rentang 6.711.-6.800 pada perdagangan hari ini.
Kondisi inflasi saat ini masih menjadi permasalahan utama di negara-negara maju serta negara-negara berkembang di Amerika Latin yang dipercaya berdampak pada kinerja pasar modal, termasuk di Indonesia.
Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan, sebagian besar pelaku pasar global masih akan terus menaikkan suku bunga dan memperbesar probabilitas resesi pada periode mendatang.
“Sementara itu, pemulihan ekonomi China yang diharapkan untuk mendorong ekonomi global, menunjukkan tanda-tanda melemah,” ujarnya saat dikonfirmasi, Kamis, 6 Juli 2023.
Rully menyatakan, Bank Sentral Jepang (BOJ) tetap mempertahankan suku bunga kebijakannya pada posisi negatif di tengah kenaikan inflasi dan berlanjutnya kenaikan suku bunga bank sentral pada sejumlah negara maju.
“Sedangkan untuk Tiongkok, PBoC memangkas suku bunga kebijakannya menjadi 1,9 persen dan diperkirakan akan melanjutkan pemotongan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan,” imbuhnya.
Di Amerika Serikat, lanjut Rully, saat ini terdapat ada perbedaan perspektif antara pasar dan The Fed mengenai ekspektasi suku bunga hingga akhir tahun. Hal ini menciptakan ketidakpastian dan potensi volatilitas ke depan