ojk
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menanggapi netral kondisi PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) saat ini.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae mengatakan, pihaknya sedang fokus dalam upaya penegakan integritas sistem perbankan dan keuangan secara menyeluruh.
“Serta menutup celah potensi terjadinya kejahatan ekonomi melalui rekayasa hukum dan/atau keuangan yang berpotensi mengganggu integritas sistem perbankan dan stabilitas sistem keuangan Indonesia,” kata Dian pada TrenAsia, Rabu 12 Juli 2023.
Diberitakan TrenAsia jaringan Kabarsiger sebelumnya, tercium sejumlah transaksi tak biasa yang terekam dalam laporan keuangan MAYA. Pertama, laba bersih Bank Mayapada terus menyusut dalam tiga tahun berturut-turut.
Berturut-turut sejak 2020, 2021, dan 2022, laba bersih Bank Mayapada tercatat sebesar Rp64,16 miliar, Rp44,12 miliar, dan Rp25,99 miliar. Artinya dalam tiga tahun laba bersih bank ini sudah turun sekitar 60%
Menipisnya keuntungan bank milik konglomerat Dato’ Sri Tahir itu terjadi di saat sejumlah indikator fundamental seperti simpanan nasabah, penyaluran kredit, dan total aset produktif Bank Mayapada mengalami lonjakan yang fantastis.
Misalnya, dana pihak ketiga (DPK) yang mana pada tahun 2020 baru sebesar Rp72,35 triliun, pada tahun berikutnya melonjak menjadi Rp98,72 triliun, dan berada di angka Rp103,81 triliun per 31 Desember 2022.
Dari data tersebut tercatat bahwa selama periode 2020-2022, simpanan nasabah di Bank Mayapada bertambah sebesar Rp31,45 triliun. Mayoritas simpanan pada tahun 2022 itu sekitar Rp100,81 triliun adalah deposito berjangka.
Sejalan dengan peningkatan simpanan, pada tahun 2022 kredit yang disalurkan Bank Mayapada melonjak hingga Rp94,52 triliun, naik daripada tahun 2021 sebesar Rp70,91 triliun. Yang menarik, selama fase pandemi COVID-19 kredit yang disalurkan oleh Bank Mayapada justru mengalir deras.
Ini bisa dilihat dari perbandingan kredit tahun 2020 yaitu sebesar Rp56,29 triliun, dengan kredit tahun 2022 senilai Rp94,52 triliun. Berarti selama masa pandemi tiga tahun itu, di mana ekonomi nasional sedang mengalami tekanan hebat, Bank Mayapada justru menggelontorkan tambahan kreditnya sebesar Rp38,23 triliun.
Laporan keuangan Bank Mayapada juga mengungkap sebuah fakta menarik lainnya. Sepanjang tahun 2022, arus kas dari aktivitas operasi bank ini masih mengalami negatif Rp953,81 miliar, turun dibandingkan tahun sebelumnya yang juga minus Rp2,82 triliun.
Secara bisnis, kinerja Bank Mayapada banyak tertekan oleh beban bunga dan biaya operasional lainnya. Pada tahun 2022, dengan pendapatan bunga senilai Rp7,71 triliun, bank harus membayar bunga sebesar Rp5,89 triliun.
Adapun beban operasional lainnya mencapai Rp1,89 triliun. Tingginya beban operasional lainnya ini tidak sebanding dengan pendapatan operasional lainnya yang hanya Rp80,69 miliar.
Inilah yang kemudian membuat bank dengan aset produktif mencapai Rp118,30 triliun tersebut menutup tahun 2022 dengan laba “hanya” Rp25,99 miliar atau 0,00019% dari total aset.
Data dari manajemen pada saat paparan publik menyebutkan bahwa Bank Mayapada mencatatkan CAR 11,3%, ROA 0,04%, ROE 0,22%, dan NIM 1,92% dengan posisi LDR sebesar 79,65%.
Spesifik soal permodalan, OJK mendukung upaya nyata dan komitmen dari Pemegang Saham yang melakukan tambahan setoran modal sebesar Rp3 triliun pada akhir Juni 2023. “Setoran permodalan tersebut akan membantu perbaikan kinerja Bank pada saat ini dan di waktu yang akan datang. (*)