Saham
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
BANDARLAMPUNG - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tiga hari perdagangan pekan lalu 20-22 Mei 2024 ditutup melemah cukup tajam di level 7.222 atau turun 1,4% dalam seminggu.
Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani menegaskan saat ini IHSG sedang menguji support MA20 daily yang berada di level 7.157.
"Apabila tidak mampu bertahan maka IHSG berpotensi untuk terus turun ke level 6.800-7.000 dalam jangka pendek. Jika dilihat dari aliran dana asing yang sampai saat ini konsisten mencatatkan outflow dan pergerakan saham big banks yang merupakan movers IHSG, IHSG berpotensi untuk breakdown support 7.000 dan melanjutkan koreksinya ke level 6.500 - 6.600 dalam jangka menengah," jelasnya di Jakarta.
Ia menjelaskan pelemahan IHSG pada pekan lalu tertopang 2 top losers yakni IDX Financial dan IDX Consumer Cyclical. Dijelaskan Dimas, sektor IDX Financial melemah -3,1% selama seminggu terakhir. Pelemahan pada emiten big banks di minggu lalu membuat sektor financial menjadi pemberat bagi indeks. Pelemahan pada saham big banks disebabkan oleh aliran dana asing yang konsisten mencatatkan outflow hingga saat ini.
Selanjutnya, IDX Consumer Cyclical menurun sebesar -2,7% dalam sepekan terakhir. Penurunan disebabkan oleh emiten-emiten ritel yang diperkirakan akan mencatatkan penurunan penjualan di bulan Mei akibat penurunan daya beli masyarakat. Perlu diketahui, bahwa data penjualan ritel pada bulan April mengalami kenaikan, namun kenaikan tersebut dibantu oleh momentum Hari Raya bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang diprediksi tidak akan terjadi di bulan Mei-Juni.
Sementara itu, 2 sektor top gainers yang menahan laju pelemahan IHSG yakni IDX Energy dan IDX Consumer Non-Cyclical. IDX Energy naik 2,45% dalam seminggu terakhir yang disebabkan kenaikan saham DSSA sebesar 37% selama seminggu kemarin, setelah emiten milik sinarmas group ini mengumumkan akan melaksanakan stock split.
Sementara itu, IDX Consumer Non-Cyclical dalam sepekan terakhir naik sebesar 0,9% yang disebabkan kenaikan saham UNVR sebesar 13% dalam sepekan terakhir. Kenaikan UNVR ini diikuti oleh aliran dana asing yang mulai masuk ke saham ini sejak 25 April silam.
IHSG yang ditutup melemah dalam sepekan lalu karena sejumlah sentimen yang memengaruhinya. Dimas menyebutkan 3 sentimennya yakni RDG Bank Indonesia, FOMC Minutes dan Kecelakaan dan wafatnya Presiden Iran.
Terkait sentimen RDG Bank Indonesia, pada Rabu yang lalu Bank Indonesia memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga di level yang sama (6,25%) setelah kenaikan suku bunga yang dilakukan pada pertemuan RDG terakhir di bulan April.
"Keputusan ini konsisten dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam target 2,5% plus minus 1% pada 2024 dan efektivitas dalam menjaga aliran masuk modal asing," jelas Dimas.
Selanjutnya terkait sentimen FOMC Minutes, pada Kamis lalu para pejabat The Fed merilis risalah pertemuan dan menyiratkan keraguan bahwa The Fed akan segera menurunkan tingkat suku bunga acuannya. Pasalnya, inflasi di AS masih belum bisa terkendali sepenuhnya meskipun indikator pengeluaran konsumsi menunjukkan capaian yang baik.
Target inflasi yang ditetapkan oleh The Fed yakni sebesar 2% di 2024, meskipun sempat menunjukkan capaian yang positif namun rupanya dalam beberapa waktu terakhir data inflasi tidak melanjutkan progress-nya untuk semakin mendekati target 2%.
"Alhasil indeks saham global mengalami tekanan setelah data ini rilis, meskipun di saat yang bersamaan market mendapatkan sentimen positif yang datang dari laporan kinerja NVIDIA untuk Kuartal 1 2024 yang mencatatkan capaian di atas konsensusnya. Namun, pelaku pasar rupanya lebih menaruh perhatian pada FOMC minutes yang membahas kemungkinan penurunan tingkat suku bunga yang dilakukan The Fed."
Sementara itu terkait sentimen kecelakaan dan wafatnya Presiden Iran, pada minggu lalu presiden Iran Ebrahim CH kecelakaan helikopter yang digunakannya dan tidak lama setelah itu pemerintah setempat mengumumkan bahwa helikopter ditemukan dan tidak ada korban yang selamat.
"Hal ini membuat harga komoditas energi minyak mentah WTI mengalami kenaikan yang kembali berada di atas level resistance psikologis $80,1/barrel. Selain itu harga komoditas gas alam global juga mencatatkan kenaikan dan mengakumulasi rally sepanjang MTD sebesar 38,2%," tandas Dimas.
Ia menambahkan kenaikan komoditas energi itu pun membuat emiten-emiten dalam sektor energi mengalami kenaikan harga dan menjadikan IDX Energy menjadi penopang bagi indeks di sepanjang perdagangan minggu lalu.
Berbicara tentang potensi market pada minggu ini 27-31 Mei 2024, Dimas menyebutkan ada sejumlah sentimen yang sebaiknya diperhatikan. Ia menyebutkan 3 sentimen yakni aliran dana asing ke IHSG, pengumuman rebalancing indeks dan core PCE AS bulan April.
Aliran dana asing ke IHSG di minggu ini, terangnya, akan sangat dipengaruhi oleh aksi jual/beli investor asing di IHSG. Jika dilihat dalam seminggu terakhir, asing mencatatkan outflow di pasar reguler IHSG sebesar Rp254 miliar. Bahkan dalam sebulan jumlah aliran dana asing yang keluar dari IHSG jauh lebih besar yaitu Rp13,2 triliun.
"Jumlah outflow yang dilakukan investor asing di IHSG yang sebesar ini dan dilakukan secara konsisten setiap minggunya merupakan hal yang jarang terjadi dan anomali. Berkaca dari catatan sebelum-sebelumnya, bahwa outflow asing di IHSG yang besar selanjutnya disusul dengan koreksi market yang dalam.
Ia menambahkan aliran dana asing yang keluar di IHSG juga bukan tanpa alasan. Jika dilihat dari kinerja IHSG secara YTD dibandingkan dengan indeks S&P 500 yang menjadi acuan indeks global, kinerja IHSG jauh berada di bawah S&P500 dimana IHSG mengalami pelemahan 0,69% sedangkan S&P 500 mencatatkan kenaikan 11,85% YTD.
"Hal ini membuat aliran dana keluar dari indeks saham negara berkembang dan menaruh di indeks saham negara maju yang memiliki risiko yang lebih kecil. Anomali berikutnya adalah risiko yang kecil, seharusnya diiringi dengan reward yang kecil, namun fakta yang saat ini sedang terjadi rupanya tidak demikian."
Terkait sentimen pengumuman rebalancing indeks, pada Sabtu kemarin terdapat pengumuman rebalancing indeksFTSE dimana BREN yang merupakan saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di IHSG berhasil masuk dalam FTSE Global Equity Index Quarterly untuk periode Juni 2024.
Berdasarkan pengumuman resmi yang disampaikan pihak FTSE Russel, masuknya BREN dalam indeks bergengsi tersebut akan efektif pada Senin 24 Juni 2024 mendatang. BREN masuk ke dalam Large Cap Index FTSE.
Berkaca dari kejadian serupa di bulan ini, dimana TPIA juga mencatatkan rebalancing dan efektif masuk ke dalam indeks MSCI pada 1 Juni mendatang. Pada saat kejadian ini diumumkan, saham TPIA mencatatkan kenaikan harga yang signifikan maka hal ini pun berpotensi terjadi di BREN di minggu ini dan membuat IHSG juga ikut bergerak naik karena BREN merupakan saham nomor 1 di IHSG saat ini.
Sementara itu terkait sentimen Core PCE AS bulan April, pada Jumat besok AS akan mengumumkan data ekonomi yang selama ini dijadikan acuan bagi The Fed dalam memutuskan tingkat suku bunga, yaitu Core PCE AS untuk bulan April. Indeks Harga Pengeluaran Personal Inti bulan April diprediksi akan mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,3% atau sama dengan capaian bulan sebelumnya.
Core PCE mengukur persentase perubahan harga barang dan jasa di luar jenis barang makanan dan energi, sehingga memberikan gambaran yang lebih akurat terkait kondisi ekonomi dan inflasi di AS. Oleh karenanya, indikator ini menjadi salah satu acuan bagi The Fed dalam menentukan keputusan tingkat suku bunganya.
Berkaca pada data-data ekonomi dan sentimen di atas, PT Indo Premier Sekuritas yang berkomitmen mengedukasi masyarakat untuk mulai belajar investasi tanpa registrasi dengan #PakeAjaDulu IPOT dan terus mengupdate rumor seputar saham-saham berpotensi di IPOT Buzz, merekomendasikan 3 saham ini untuk trading pada minggu ini hingga Jumat, 31 Mei 2024:
1. Buy BREN (Support: 10.800 dan Resist: 12.400). Pada minggu ini ada sentimen pengumuman akan masuknya emiten ini ke dalam indeks FTSE di Juni mendatang. Closing di level ATH disertai dengan sentimen tersebut.
2. Buy on Pullback NCKL (Support: 990 dan Resist: 1.210). Emiten ini membentuk Volatility Contraction Pattern dan breakout dari resistance di level 1010 disertai dengan lonjakan volume. Ada pula sentimen dari emiten yang akan melaksanakan aksi korporasi yakni buyback saham yang akan diumumkan pada RUPST 27 Juni mendatang.
3. Buy CLEO (Support: 1.155 dan Resist: 1.500) Kenaikan disebabkan oleh pertumbuhan laba bersih sebesar 96% YoY pada Q1 2024. Emiten ini breakout dari konsolidasi disertai dengan peningkatan volume sekaligus closing di level ATH-nya. (*)