Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA - Digitalisasi merupakan proses yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan masyarakat modern saat ini. Apalagi sejak pandemi Covid-19, adopsi internet dan teknologi informasi (IT) lainnya berkembang jauh lebih cepat.
Percepatan digitalisasi juga terjadi dalam industri perbankan. Para pelaku perbankan saling bersaing untuk mendapatkan daya tarik dari konsumen. Melansir laman The Financial Brand, Rabu, 12 April 2023 terungkap bahwa industri perbankan digital diperkirakan akan tumbuh menjadi US$ 30,1 miliar pada tahun 2026 secara global.
Bahkan menurut perusahaan konsultan digital, Mobiquity, generasi baby boom yang biasanya merupakan konsumen paling lambat beradaptasi dengan perubahan, sekarang lebih cenderung menggunakan situs web, chatbot, dan aplikasi untuk menjalankan bisnis perbankan digital mereka.
Laporan McKinsey menambahkan, salah satu metrik perubahan yang paling relevan dengan perbankan adalah pangsa rata-rata interaksi pelanggan digital yang tumbuh sekitar 20% secara global dari 2019 hingga 2020, setelah beberapa tahun hanya meningkat secara bertahap.
Meski demikian, sebagian besar lembaga keuangan di dunia tidak berubah cukup cepat untuk mengimbanginya. Sehingga, masuknya konsumen perbankan digital yang baru dan lebih aktif mendorong perubahan paling drastis.
Industri perbankan sendiri pun telah melihat peningkatan yang nyata dalam hal penggunaan perbankan digital atau online. Dalam suatu laporan, terlihat peningkatan sebesar 72% dalam perbankan seluler dan penggunaan aplikasi hanya dalam seminggu selama pandemi Covid-19.
Tren tersebut diperkirakan akan berlanjut hingga menjangkau lebih dari 2,5 miliar pengguna perbankan digital aktif di seluruh dunia pada tahun 2024.
Pada tahun 2021, survei yang dilakukan PwC menemukan bahwa 25% konsumen Amerika Serikat (AS) sudah melakukan kombinasi antara mendatangi bank secara langsung dengan menggunakan saluran digital.
"Persentase ini naik, dari 17% pada tahun 2020. Sedangkan mereka yang masih mengandalkan kantor cabang, turun dari 42% menjadi 35% hanya dalam setahun," tulis survei tersebut. (*)