Opini
Penulis:Eva Pardiana
Editor:Eva Pardiana

PADA era revolusi industri saat ini, masyarakat dihadapkan pada berbagai tantangan global, salah satunya perubahan iklim beserta berbagai fenomena yang menyertainya. Isu perubahan iklim telah menjadi perhatian dunia internasional dan mencerminkan paradigma sentris manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Paradigma ini menempatkan manusia sebagai pusat kehidupan di bumi, sehingga aktivitas manusia sering kali berdampak langsung terhadap keseimbangan lingkungan.
Para pakar kesehatan masyarakat sepakat bahwa kualitas kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari empat faktor utama yang memengaruhi derajat kesehatan manusia. Timbul atau tidaknya berbagai jenis penyakit sering kali dikaitkan dengan kondisi lingkungan tempat manusia beraktivitas. Munculnya gejala penyakit pada kelompok tertentu merupakan hasil interaksi antara manusia dan komponen lingkungan yang berpotensi menimbulkan penyakit, seperti diare, ISPA, DBD, TBC, malaria, kolera, cacingan, dan penyakit menular lainnya.
Perubahan iklim merupakan tantangan global yang berdampak signifikan terhadap sistem lingkungan dan kesehatan manusia. Perubahan suhu, curah hujan, dan kelembapan memengaruhi ekosistem serta habitat vektor penyakit, yang selanjutnya berkontribusi terhadap meningkatnya kejadian penyakit menular berbasis lingkungan. Oleh karena itu, masyarakat memiliki kewajiban untuk menjaga kebersihan lingkungan sebagai upaya perlindungan diri dari berbagai faktor penyebab penyebaran penyakit berbasis lingkungan.
Isu perubahan iklim dan dampaknya terhadap kesehatan lingkungan, khususnya dalam penyebaran penyakit menular, telah menjadi fokus utama berbagai penelitian global. Berbagai studi menunjukkan bahwa peningkatan suhu global, perubahan pola curah hujan, serta meningkatnya frekuensi kejadian iklim ekstrem berkorelasi dengan meningkatnya kejadian penyakit menular berbasis lingkungan dan vektor.
Peningkatan suhu dapat mempercepat siklus hidup vektor penyakit serta meningkatkan kapasitas penularan patogen. Perubahan curah hujan berpotensi menciptakan genangan air yang mendukung perkembangan vektor, sekaligus memengaruhi kualitas air dan sanitasi lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga berdampak pada perilaku manusia dan pola penggunaan lahan, yang secara tidak langsung meningkatkan interaksi antara manusia, vektor, dan patogen. Kondisi ini memperkuat konsep ekologi penyakit yang menyatakan bahwa penyakit menular merupakan hasil interaksi kompleks antara agen penyakit, inang, dan lingkungan.
Perubahan iklim memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyebaran penyakit menular. Oleh karena itu, pengendalian berbasis lingkungan yang didukung oleh pendekatan sains dan teknologi menjadi strategi yang efektif dan berkelanjutan dalam meningkatkan ketahanan kesehatan masyarakat.
Pengendalian penyakit menular berbasis lingkungan merupakan strategi yang efektif dan berkelanjutan dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Intervensi berbasis lingkungan, seperti perbaikan sanitasi, pengelolaan limbah, pengendalian habitat vektor, serta penataan lingkungan permukiman, terbukti mampu menurunkan risiko penularan penyakit.
Selain itu, pengambilan kebijakan perlu mengintegrasikan data iklim dan data kesehatan dalam perencanaan pengendalian penyakit menular berbasis lingkungan. Penguatan sistem peringatan dini berbasis iklim juga diperlukan untuk mendukung upaya pencegahan penyakit menular di wilayah berisiko. Kebijakan kesehatan lingkungan harus memprioritaskan upaya preventif, seperti perbaikan sanitasi dan pengendalian vektor yang berkelanjutan. Kolaborasi lintas sektor perlu terus ditingkatkan guna menghadapi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan masyarakat.
Daftar Pustaka
Blum, H. L. (1974). Planning for health development and application of social change theory. Human Sciences Press.
Ebi, K. L., Nealon, J., & Hess, J. (2021). Climate change and infectious diseases. Global Health Action, 14(1).
Friis, R. H., & Sellers, T. A. (2021). Epidemiology for public health practice (6th ed.). Jones & Bartlett Learning.
IPCC. (2021). Climate change 2021: The physical science basis. Cambridge University Press.
World Health Organization. (2022). Strengthening health resilience to climate change. WHO.
Penulis: Elfiera Rose Anna Miyako (Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat, Universitas Lampung)