Pendanaan Swasta ke Sektor Digital Anjlok sampai 92 Persen, Ini Penyebanya!

2023-11-16T18:24:54.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

Ilustrasi
Ilustrasi

JAKARTA - Pendanaan swasta ke sektor digital masih melanjutkan penurunan yang berlangsung sejak 2022. Penurunan ini masih tercatat hingga paruh awal tahun ini.

Pendanaan swasta ke sektor digital Indonesia mengalami penurunan signifikan pada semester I-2023, mencapai hanya US$0,4 miliar (Rp6,24 triliun dalam asumsi kurs Rp15.600 per-dolar Amerika Serikat/AS) dengan 100 kesepakatan sepanjang semester I-2023.

Menurut laporan dari Google, Temasek, dan Bain & Company, penurunan ini mencapai 92,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$5,1 miliar (Rp79,56 triliun).

Menurut laporan yang sama, penyebab utama dari penurunan ini adalah perubahan sikap investor yang lebih cenderung memprioritaskan pendanaan kepada startup yang dapat menunjukkan profitabilitas daripada hanya berpatok pada valuasi semata.

Meskipun pendanaan mengalami penurunan, ekonomi digital Indonesia masih diproyeksikan tumbuh. Hal ini tercermin dari  nilai transaksi bruto (gross merchandise value/GMV) ekonomi digital Indonesia yang mencapai US$82 miliar (Rp1,28 kuadriliun pada tahun 2023.

Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$76 miliar (Rp1,18 kuadriliun). 

Proyeksi lebih lanjut menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (compounded annual growth rate/CAGR) sebesar 15%, yang diproyeksikan mencapai US$109 miliar (Rp1,7 kuadriliun) pada tahun 2025.

Pendanaan di Asia Tenggara 

Tren menurun ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga merambah ke level Asia Tenggara secara keseluruhan, dengan penurunan sebesar 69,2% secara tahunan menjadi US$4 miliar (Rp62,4 triliun) dengan jumlah 564 kesepakatan pada semester pertama tahun 2023.

Penurunan pendanaan swasta ke sektor digital di Asia Tenggara, mencapai 69,2% jika dibandingkan dengan semester I-2022, dan penurunan mencapai 81,8% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kondisi ini sejalan dengan tren global yang juga dialami oleh wilayah ini. Perubahan preferensi investor menjadi fokus pada profitabilitas daripada valuasi menjadi salah satu faktor utama penyebabnya.

Berdasarkan laporan terbaru, Singapura mendominasi pangsa pendanaan swasta ke sektor digital di Asia Tenggara pada semester I-2023 dengan total mencapai US$2,8 miliar (Rp43,68 triliun).

Sementara itu, Vietnam dan Indonesia masing-masing mencatatkan pendanaan sektor digital sebesar US$0,6 miliar (Rp9,36 triliun) dan US$0,4 miliar (Rp6,24 triliun).

Dalam perincian lebih lanjut, Thailand, Filipina, dan Malaysia juga terdampak, dengan masing-masing hanya menerima pendanaan sektor digital sebesar US$0,2 miliar (Rp3,12 triliun) selama paruh pertama tahun ini.(*)