Peluang Baru Indonesia Jika Bergabung dengan BRICS

2023-08-23T10:27:43.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

1687353714717.jpeg

JAKARTA - Lebih dari 40 negara telah menyatakan minat untuk bergabung dengan BRICS. Dari jumlah tersebut, hampir dua puluh negara secara resmi mengajukan permohonan untuk diterima sebagai anggota. 

Indonesia dikabarkan menjadi salah satu negara yang berminat bergabung dalam aliansi yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan itu. Presiden Joko Widodo belum lama ini mengonfirmasi bahwa belum ada keputusan yang diambil terkait hal tersebut. Perlu diketahui, negara-negara BRICS menyumbang lebih dari 40% dari populasi dunia seperempat dari ekonomi global. 

Kelompok ini seringkali dilihat sebagai forum alternatif untuk negara-negara di luar saluran diplomatik yang didominasi oleh kekuatan Barat. Pada awal tahun 2023, BRICS mengemukakan gagasan tentang penerbitan mata uang baru sebagai alternatif pengganti dominasi dolar AS dalam perdagangan global. 

Usulan ini muncul atas inisiatif Rusia, yang menghadapi kesulitan dalam berbisnis pasca dikenai sanksi ekonomi dan keuangan pada Moskow akibat perang di Ukraina. Di sisi lain, jika Indonesia bergabung dengan BRICS, sektor perdagangan Indonesia dianggap memiliki potensi untuk memperluas penetrasi pasar ke lima negara anggota yang mana semuanya memiliki pasar yang luas.

Terlebih, Indonesia memiliki kesempatan untuk memperkuat posisinya dalam perdagangan internasional. Bersama kelima negara anggota tersebut, Indonesia memiliki potensi mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dolar AS. Ini karena munculnya kecenderungan untuk menggunakan mata uang lokal dalam transaksi antara negara-negara anggota.

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menyatakan Indonesia bisa mendapatkan manfaat dari keanggotaan dalam aliansi dagang BRICS, seperti peluang untuk mengembangkan pasar non-tradisional di wilayah Afrika dan Amerika Latin.

“Fokus yang diberikan berbeda dari upaya kita di ASEAN, APEC, atau G20. Terdapat wilayah baru, yang dapat kita sebut sebagai nontradisional, di mana meliputi Brasil di Amerika Latin dan Afrika Selatan di Afrika. Ini dapat menjadi peluang pintu masuk untuk menjelajahi potensi yang belum tergali,” ujar Jerry belum lama ini. 

Jerry menjelaskan sebelum adanya Kerangka Kerja Kerjasama Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) atau Kemitraan Ekonomi Regional yang Komprehensif (RCEP), pernah ada diskusi yang mengemukakan bahwa seharusnya terdapat dua negara yang berawalan huruf “I’ dalam kelompok BRICS, yaitu India dan Indonesia.

Hal ini disebabkan ukuran populasi Indonesia yang termasuk salah satu terbesar di dunia, sebagaimana juga terjadi pada negara-negara anggota BRICS lainnya. Menurut Jerry, bagi para pelaku bisnis dan dalam konteks ekonomi global, faktor populasi memiliki peran penting. 

"Misalnya, Brasil berada di peringkat 5 atau 6 dalam hal jumlah penduduk, Rusia, meskipun tidak sebanyak kita namun juga memiliki populasi yang besar, India menduduki peringkat pertama dalam jumlah penduduknya, dan Afrika Selatan memiliki populasi terbesar di Afrika,” terang Jerry.

Persamaan Tujuan

Indonesia sendiri tercatat mengikuti KTT BRICS yang digelar di Afrika Selatan 22-24 Agustus 2023. Hal ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan dalam kunjungan kerjanya di Benua Afrika.

“Indonesia mendapatkan undangan untuk hadir dalam KTT BRICS di Afrika Selatan, dan dalam kesempatan tersebut, berbagai pertemuan bilateral dengan pemimpin negara lain pastinya akan diadakan,” kata Presiden Jokowi.

Dilansir dari Reuters, Selasa 22 Agustus 2023, negara-negara yang ingin bergabung dikabarkan memiliki persamaan satu tujuan, yaitu keinginan untuk meratakan posisi mereka dalam sistem global yang dianggap banyak pihak sebagai tidak adil terhadap mereka.

“Kebutuhan objektif akan adanya kelompok seperti BRICS tidak pernah lebih besar dari ini,” ujar Rob Davies, mantan menteri perdagangan Afrika Selatan, yang membantu membawa negaranya ke dalam kelompok ini pada tahun 2010.(*)