Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
AS - Beberapa tahun terakhir, orang Amerika lebih tertarik untuk membeli mobil murah dengan harga di bawah US$50 ribu atau setara Rp777,47 juta (asumsi kurs Rp15.549) dibanding mobil-mobil dengan harga yang lebih mahal.
Dikutip dari Investopedia belum lama ini, hal itu disebabkan kondisi pembeli yang terhimpit inflasi dan suku bunga kredit mobil yang tinggi. Inilah yang membuat mereka tak ragu memilih kendaraan baru yang lebih murah dan meninggalkan kendaraan lebih mahal dari dealer.
Menurut data Edmunds, pada Agustus dealer membutuhkan waktu rata-rata 26 hari untuk menjual mobil dengan harga di bawah US$50 ribu dan 40 hari untuk menjual model yang lebih mahal. Kesenjangan tersebut semakin melebar dari waktu ke waktu. "Masyarakat dirugikan dan mereka hanya ingin membeli transportasi yang murah dan mudah digunakan,” ujar Ivan Drury, kepala wawasan Edmunds.
Fenomena ini sungguh bertolak belakang dari beberapa tahun terakhir ketika suku bunga rendah di era pandemi membuat pinjaman mobil tetap murah, dan pelanggan berbondong-bondong membeli SUV dan truk pikap raksasa seharga US$60 ribu atau lebih.
Menurut data Cox Automotive yang dirilis Selasa, sejak bulan Maret 2022, kampanye kenaikan suku bunga anti-inflasi oleh Federal Reserve mendorong kenaikan suku bunga pinjaman mobil. Per September, rata-rata suku bunga pinjaman mobil baru adalah 9,61%, naik hampir dua kali lipat dari yang sebelumnya 5% pada awal tahun 2022.
Pada saat yang sama, anggaran rumah tangga tertekan oleh inflasi dan di bulan September, setengah dari seluruh rumah tangga hanya mampu membayar pembayaran mobil bulanan sebesar US$400 atau kurang.
Hal ini jauh di bawah rata-rata pembayaran bulanan sebesar US$770 untuk mobil baru, menurut data Cox Auto. Laporan yang sama menunjukkan bahwa 83% konsumen menganggap membeli mobil baru berada di luar jangkauan. (*)