OJK: 2.593 Kantor Bank Tutup, Transaksi Mobile dan Internet Banking Naik 300 Persen

2021-10-26T13:18:25.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Yunike Purnama

Ilustrasi intenet banking BNI
Ilustrasi intenet banking BNI

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, banyak perbankan nasional mulai melakukan transformasi digital, bahkan proses digitalisasi terjadi semakin masif selama pandemi Covid-19. Ini terlihat dari banyak kantor cabang yang tutup dan meningkatnya transaksi digital.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Teguh Supangkat mengatakan, terjadi fenomena penurunan kantor cabang bank dari 2017 hingga Februari 2021.

"Terkait fenomena menurunnya jaringan bank dari 2017 sampai Agustus 2021 terdapat sejumlah 2.593 kantor mengalami penurunan, dan ada peningkatan transaksi mobile banking dan internet banking yang naik lebih 300 persen dari 2016 hingga Agustus 2021, termasuk transaksi internet banking dari 2016 sampai agustus 2021 naik besar 50 persen," kata dia dalam Launching Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan secara virtual, Selasa (26/10/2021).

Baca juga: OJK: Inklusi Keuangan Berperan Penting Percepat Pemulihan Ekonomi

Teguh menambahkan, yang mengagetkan transaksi uang elektronik (e-money) melesat hampir 4.000 persen dari Rp5,28 triliun menjadi Rp204,9 triliun dalam periode 2015-2020.

"Hal lain yang naik adalah transaksi uang elektronik 2015-2020 melesat 4.000 persen dari Rp5,28 triliun jadi Rp204,9 triliun termasuk peningkatan realisasi layanan perbankan elektronik dan digital," ujarnya.

Bahkan sejak 2018 ini terdapat realisasi 85 layanan perbankang eletronik dan digital, di 2019 sebanyak 112 dan 2020, realisasinya ada 124.

"Termasuk di sini adalah peningkatan ketersediaan layanan digital onboarding 18 bank yang sediakan layanan digital onboarding tanpa tatap muka langsung," ucapnya.

Dia menjelaskan, Indonesia sudah memasuki era baru 4.0 yang ditandai dengan makin meningkatnya konektivitas, interaksi, dan semakin konvergennya manusia, mesin, dan sumber daya saing akibat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Dampaknya mampu mengubah aspek kehidupan manusia.

"Revolusi ini juga membuat bank secara intensif mengkaji ulang model bisnis tradisional dan harus direspons dengan cepat dan efisiensi dengan menawarkan layanan inovatif aman dan sederhana untuk bisa digunakan konsumen dengan baik," tuturnya.

Baca juga: Tips Pilih Asuransi Dari OJK Agar Tak Terjebak Perusahaan Abal-abal

Pada 2025, menurut dia, Indonesia berpotensi memiliki e-commerce dengan pertumbuhan tertinggi di ASEAN dengan nilai 124 miliar dolar AS. Hal ini didukung potensi pasar yang besar serta transaksi keuangan digital yang meningkat.

Namun, dia mengatakan, berdasarkan kajian yang dilakukan IMF, dengan potensi masifnya digitalisasi, ada kewaspadaan yang perlu ditingkatkan terkait keamanan siber.

"Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan IMF mengenai cyber risk di financial sector, estimasi kerugian rata-rata tahunan di keuangan global yang disebabkan serangan siber mencapai 100 miliar dolar AS, termasuk data badan siber hingga Juli 2021 ada serangan siber 741,4 juta serangan, hal ini naik 2 kali lipat dibanding seluruh serangan siber yang terdeteksi di 2020 sebanyak 465,3 juta serangan," kata Teguh.(*)