Narasi Rumah Impian Selama Ini Keliru dan Merugikan

2023-11-14T11:45:01.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

 Istilah rumah impian tentu sudah tidak asing lagi di telinga Anda. Rumah impian mengacu pada tempat tinggal yang diidam-idamkan dan diharapkan seseorang atau keluarga.
Istilah rumah impian tentu sudah tidak asing lagi di telinga Anda. Rumah impian mengacu pada tempat tinggal yang diidam-idamkan dan diharapkan seseorang atau keluarga.

BANDARLAMUNG - Istilah rumah impian tentu sudah tidak asing lagi di telinga Anda. Rumah impian mengacu pada tempat tinggal yang diidam-idamkan dan diharapkan seseorang atau keluarga. Gambaran rumah impian kerap dijadikan pertimbangan utama seseorang saat melakukan pembelian tempat tinggal. Namun tampaknya, ahli tidak menyetujui konsep rumah impian ini. 

Adalah CEO dan Pemilik Joan Herlong & Associates Sotheby's International Realty, Joan Herlong. Ia mengatakan bahwa pembeli sebaiknya tidak meromantisasi rumah selama proses pencarian dan pembelian rumah. 

Hal ini disampaikan Herlong melalui tulisannya untuk Forbes. “Pembeli, penjual, dan agen rumah dapat menciptakan pengalaman (proses pembelian rumah) yang lebih baik dengan menerima bahwa rumah hanyalah sebuah rumah,” kata Herlong.

Dirinya mengatakan bahwa rumah impian bisa tercipta karena diwujudkan bukan dibeli. Narasi “rumah impian” yang kerap digaungkan oleh banyak orang terutama agen-agen real estate menurut Herlong juga hanya akan merugikan kedua belah pihak. 

Menurutnya, jika pelanggan ingin membeli rumah dan agen real estate menjual kepadanya dengan narasi rumah impian, pembeli justru akan terus mencari rumah-rumah lain. 

Herlong juga menegaskan bahwa pembeli sebaiknya melihat rumah sebagai rumah. “Rumah memiliki dinding, atap, lantai, pintu, jendela,toilet, pancuran, wastafel, dll. Rumah tidak memiliki kemampuan ajaib untuk mengubah hidup Anda,” tulisnya. 

Sebagai analogi, Herlong mencontohkan legenda bisbol Branch Rickey. Rickey menceritakan kepada manajer dan pelatihnya kisah tentang seorang pria yang turun dari kereta di kota baru. Dia bertanya kepada seseorang seperti apa tempat itu, dan jawabannya adalah tempat itu sangat kejam dan tidak baik, di mana semua orang hanya mementingkan diri mereka sendiri.

Pria itu menganggap gambaran kota itu benar. Keesokan harinya orang lain turun dari kereta, dan menanyakan pertanyaan yang sama, namun dia diberitahu bahwa itu adalah tempat yang bagus di mana orang-orang dengan sukarela membantu satu sama lain. Pria itu menganggap gambaran kota itu benar.

“Anda akan menjadikan rumah Anda tempat yang bagus. Anda akan menikmati kehidupan di sebuah rumah setelah Anda membuatnya terasa seperti di rumah sendiri,” terang Herlong. 

Terakhir, Herlong juga berpendapat bahwa pembeli yang jatuh cinta pada rumah impian tetapi tidak bisa mendapatkannya akan menganggap rumah lainnya akan tampak inferior. Hal ini tentu tidak baik untuk semua pihak.