Penulis:Eva Pardiana
BANDAR LAMPUNG – Sentra pengolahaan ikan asin Pulau Pasaran, Telukbetung Barat, Bandar Lampung, kini telah bertransformasi menjadi Kampung Nelayan Modern (Kalamo) yang mengintegrasikan sejumlah unit usaha dalam satu kawasan.
Pulau Pasaran saat ini telah menjadi salah satu destinasi wisata belanja dan kuliner di Kota Bandar Lampung dengan menghadirkan Kafe Gen X, UMKM penjual makanan olahah ikan, serta beragam fasilitas memadai yang mendukung pengolahan ikan asin.
Toto Heriyanto, Ketua Koperasi Produsen Nelayan Kalaju Pulau Pasaran menjelaskan terdapat sejumlah unit usaha di Kalamo. "Yang pertama Waserda (Warung Serba Ada) yang memenuhi kebutuhan kami sebagai nelayan untuk melaut, kemudian ada juga untuk kebutuhan reparasi kapal dan lainnya," ungkapnya saat diwawancarai oleh SMSI Bandar Lampung beberapa waktu lalu.
Selanjutnya, ada kios nelayan. Kios tersebut menjual beragam olahan makanan berbahan dasar ikan.
"Total ada 9 unit kios Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan telah diisi sebanyak 7 unit. Kios diisi oleh pengolah yang memang menjadi unit usaha dari koperasi. Jadi para ketua masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk berjualan di kios nelayan," jelasnya.
Selain kios nelayan, ada juga unit pengeringan ikan, unit pengeringan ikan ini digunakan menggunakan sistem berstandar ekspor.
"Jadi buat seluruh anggota, baik itu anggota koperasi maupun anggota pengolah yang ingin mencoba sistem pengolahan dan penjemuran standar ekspor bisa memanfaatkan ini. Bisa bergilir dan bergantian," tuturnya.
Selanjutnya, stok penyimpanan. Usaha ini digunakan ketika barang melimpah dan harga penjualan ikan asin turun.
"Bisa digunakan untuk menyimpan stok barang pengolah ikan di sini. Daya tampung di sini maksimal mencapai 20 ton. Jadi ini, bisa digunakan untuk pengolah menahan harga agar tidak terlampau murah saat dikirim ke Jakarta," paparnya.
Unit usaha lainnya adalah kedai yang dinamai Gen X bekerjasama dengan Dr. Koffie Indonesia.
Hendrik Sutiono, pelaku usaha UMKM ikan asin mengaku seiring dengan perubahan Pulau Pasaran yang lebih modern, akhirnya mendorong dirinya untuk merubah cara yang semula hanya menunggu barang (ikan) datang, kini menjadi proaktif menjemput bola.
"Kita ini sistemnya sekarang jemput bola. Dalam arti, kita langsung terjun ke lapangan, atau kita langsung beli ke tengah laut, beli langsung ke nelayan lalu proses atau olah di tengah laut langsung kita rebus di tengah laut," kata Hendrik.
Sementara soal tangkapan ikan, Sutikno, salah satu nelayan yang telah menekuni usaha ini sejak tahun 1985 menyebut memang bagi nelayan hasil tangkapan ikan di Pulau Pasaran tak seperti dulu. Namun, ia bersyukur harga jual Ikan asin di pasaran masih tinggi.
"Kalau dibilang mah ya enakan dulu sih, kalau sekarang nyarinya ke tengah laut. Udah susah kalau di pinggiran sini mah. Sekarang Alhamdulillah cukup-cukupin aja, yang penting bisa buat memenuhi kebutuhan keluarga," tandasnya. (*)