pertamina
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA—Kementerian ESDM mengklaim Indonesia berhasil menurunkan 118 juta ton emisi karbon dan gas rumah kaca hingga Juli 2023. Angka tersebut sekitar 32,9% dari target penurunan emisi tahun 2023 sebesar 358 juta ton.
Artinya, Indonesia masih punya tugas untuk mengurangi 240 juta ton emisi karbon hingga akhir tahun. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan pihaknya telah menyusun program bersama stakeholder untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Salah satu programnya yakni pemanfaatan tenaga surya yang potensinya melimpah di Tanah Air. “Kami punya target menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 358 juta ton pada 2023. Upaya mengurangi emisi karbon ini butuh sinergi semua pihak,” ujar Yudo dalam keterangannya, dikutip Senin 14 Agustus 2023.
Transisi energi yakni penggunaan energi fosil menuju energi baru terbarukan (EBT) juga akan digeber, salah satunya lewat penggunaan kendaraan listrik. Selain itu pemerintah tengah mendorong penggunaan listrik level rumah tangga melalui penyediaan kompor listrik dan elektrifikasi pertanian. “Kami akan tingkatkan EBT,” ujar dia.
Lebih lanjut, Yudo mengatakan pemerintah menargetkan porsi EBT nasional sebesar 23% dalam bauran energi nasional pada 2025. Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah harus bekerja ekstra keras. Merujuk data Kementerian ESDM, porsi EBT hingga pertengahan 2023 masih berada di angka 12,3%.
Kementerian menyebut butuh penambahan kapasitas 12 gigawatt (GW) EBT pada sektor energi primer untuk mengejar target 23% dalam waktu dua tahun. Sebagai informasi, porsi EBT dalam bauran energi primer hanya naik 0,1% sepanjang 2022.
Pemerintah juga menargetkan energi bersih dapat masuk ke Indonesia sebesar 300 gigawatt (GW) pada 2023. Merujuk dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) terbaru, Indonesia menaikkan target pengurangan emisi dari 29% menjadi 31,89% di tahun 2030 mendatang melalui kemampuan sendiri.
Target penurunan emisi gas rumah kaca hasil kerja sama internasional juga ditingkatkan dari 41% menjadi 43,2%. Pemerintah juga melakukan sejumlah kebijakan seperti perluasan konservasi dan restorasi alam, penerapan pajak karbon, program biodiesel B40 hingga mencapai Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net-Sink 2030. (*)