IMF: Suku Bunga Global Akan Terus Naik hingga 2023

2022-07-25T06:00:37.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Yunike Purnama

Ilustrasi logo IMF.
Ilustrasi logo IMF.

BALI - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan suku bunga global kemungkinan terus meningkat hingga 2023. Hal itu terjadi ketika tingkat inflasi yang memanas akan mulai mendingin sebagai tanggapan atas tindakan dari bank sentral.

Harga komoditas, seperti minyak, mungkin mulai turun dalam beberapa bulan terakhir. Akan tetapi, Georgieva mengatakan, bank sentral akan menaikkan suku bunga sebagai tanggapan terhadap risiko resesi dan belum adanya kepastian inflasi yang liar mampu dijinakkan.

"Bank-bank sentral sedang melangkah untuk mengendalikan inflasi, itu adalah prioritas. Mereka harus terus berjalan sampai jelas bahwa ekspektasi inflasi tetap tertambat dengan kuat. Saat ini kita masih melihat inflasi naik dan kita harus menyiramnya dengan air dingin," kata Georgieva dikutip Senin, 25 Juli 2022.

Gangguan yang disebabkan oleh pandemi pada rantai pasokan telah menciptakan kemacetan, sementara perang di Ukraina telah memperburuk guncangan ini. Hasilnya adalah lonjakan harga barang-barang termasuk kebutuhan pokok seperti makanan, pupuk, dan energi.

Ketika inflasi harga pangan sudah bergerak sebelum pandemi dan perang, dua peristiwa itu hanya menambah masalah. Menurut Bank Dunia, harga pangan global mencapai titik tertinggi sepanjang masa antara Maret dan April tahun ini.

Indeks Harga Komoditas Pangan Bank Dunia untuk Maret-April naik 15 persen selama dua bulan sebelumnya dan lebih dari 80 persen lebih tinggi dari dua tahun lalu. Organisasi Pangan dan Pertanian mengatakan kepada G20 bahwa kekurangan gizi global akan meningkat sebesar 7,6 juta tahun ini, dan meningkat lagi sebesar 19 juta pada 2023.

Memang harga minyak telah jatuh dari level tertinggi USD120 per barel pada awal Juni menjadi di bawah USD100 per barel minggu ini. 

Namun, inflasi konsumen di AS mencatat rekor tertinggi 40 tahun sebesar 9,1 persen di bulan lalu, suatu kondisi yang dijelaskan oleh Menteri Keuangan AS Janet Yellen di G20 sebagai angka yang sangat tinggi.

"Sangat penting bagi pemerintah untuk menetapkan dan mempertahankan uku pedoman tanggapan kebijakan yang akan meminimalkan durasi dan keparahan resesi serta mengurangi konsekuensi ekonomi yang merugikan pada perusahaan dan individu," pungkas Yellen. (*)