Gaya Hidup Bisa Buat Gaji Bulanan Tak Pernah Cukup, Simak Tips Mengaturnya

2021-05-15T10:31:15.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Screenshot_2021-05-15-07-30-44-52.jpg
Iluatrasi.

Kabarsiger.com, BANDARLAMPUNG - Sudah mendapatkan gaji bulanan, tetapi selalu merasa kurang? Mungkin ada yang salah dalam mengatur keuangan, bisa jadi kamu lebih fokus mengikuti gaya hidup tanpa memikirkan biaya hidup.

Lead Financial Trainer QM Financial, Ligwina Hananto, mengakui gaya hidup bisa mempengaruhi keuangan. Ia mengatakan gaya hidup itu sesuatu yang menyenangkan, tetapi kalau tidak ada hidup kita tetap baik-baik saja.

Kondisi tersebut tentu berbeda dengan biaya atau kebutuhan hidup. Ia mencontohkan salah satu bentuk kebutuhan hidup adalah listrik. Kalau listrik padam, otomatis saat ini ia kesulitan bekerja. Anaknya yang sekolah online juga tidak bisa belajar.

“Berarti listrik itu bagian biaya hidup, harus ada. Kalau enggak ada, kita enggak bisa beroperasi dengan normal,” kata Ligwina saat webinar yang digelar QM Financial.

Ligwina mengungkapkan selama bulan Ramadhan ini banyak mengurangi kopi. Aktivitas ngopi di rumahnya menjadi turun drastis. Sehingga kopi yang menjadi bagian hidup bisa dicoret. Hal tersebut tentu tidak bisa diterapkan untuk semua orang, khususnya pecinta kopi.

“Member fitness itu gaya hidup atau cara hidup? Bergantung orangnya. Ada orang yang yaudah kalau enggak punya uangnya aku enggak ikut member-member, tapi aku olahraga sendiri,” ujar Ligwina.

Ligwina mengakui gaya hidup seperti nonton, ke cafe, hingga makan di luar rumah susah dihilangkan. Ia tidak mempermasalahkannya. Sebab, Ligwina menegaskan gaya hidup memang harus dilakukan, tetapi pengaturannya harus jelas.

“Jadi kita atur, bukan enggak boleh. Kita atur. Biasanya aku kasih batas 20 persen. Justru kita kerja keras, bisa menikmati hasil kerja kita, sambil menyiapkan masa depan,” terang Ligwina.

Untuk itu, Ligwina menyarankan apabila mendapatkan penghasilan bulanan setidaknya harus diatur ke dalam 5 pos yaitu cicilan utang, pengeluaran biaya sehari-hari, menabung dan investasi, pengeluaran sosial, dan terakhir baru ke gaya hidup.

Ligwina menuturkan besaran atau persentase tinggal disesuaikan dengan keadaan yang ada. Ia menganggap yang diprioritaskan tentu cicilan utang kalau ada dan biaya sehari-hari.

“Waktu kita membagi penghasilan kita ke 5 pos ini, aku biasanya pegang dua dulu, cicilan utang tidak boleh lebih dari 30 persen, menabung minimum 10 persen. Itu dulu saja sudah menjadi indikator keuangan seseorang itu sehat,” tutur Ligwina.

“Karena kalau orang cicilan utangnya banyak banget dia pasti stres karena uangnya cuma lewat doang. Sementara kalau enggak bisa nabung, jadi enggak punya pegangan apa-apa kan. Jangankan investasi, nabung saja enggak ada,” tambahnya.
(*)