Ekspansi ke Dubai, BSI Bank Indonesia Pertama yang Berkantor di Timur Tengah

2021-11-05T13:26:59.000Z

Penulis:Eva Pardiana

Ekspansi ke Dubai, BSI Bank Indonesia Pertama yang Berkantor di Timur Tengah
Ekspansi ke Dubai, BSI Bank Indonesia Pertama yang Berkantor di Timur Tengah

JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk melanjutkan ekspansi ke negara dengan mayoritas muslim, Uni Emirat Arab (UEA). Emiten bersandi saham BRIS ini diketahui telah mengantongi izin operasional usaha dari Dubai International Financial Center (DIFC).

Dengan turunnya izin operasional, BSI secara resmi bisa menggarap bisnis jasa keuangan di wilayah timur tengah tersebut. Hal ini rupanya juga sejalan dengan arahan Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin agar BSI menjadi lebih kompetitif serta agresif dalam melakukan ekspansi bisnis ke tingkat global.

Adanya izin operasional di Dubai membuat BSI selangkah lebih dekat untuk mencapai tujuannya menjadi pemain kunci dalam industri perbankan syariah global. 

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan saat ini BSI pun sedang dalam tahap akhir untuk memperoleh izin dari Dubai Financial Service Authority (DFSA) terkait pembukaan kantor representatif di Dubai. 

“Sebagai bank syariah terbesar, kami berharap dapat meraih potensi pasar syariah di dunia yang selama ini belum tersentuh secara optimal. Kami ingin menjadi pelaku utama dalam mendorong dan menumbuhkan ekonomi syariah Indonesia dan dunia,” ujar Hery dalam keterangan tertulis yang diterima TrenAsia.com,  jaringan KabarSiger.com Jumat, 5 November 2021.

BSI akan menjadi bank pertama dari Indonesia yang memiliki kantor perwakilan di kawasan Timur Tengah. Dengan ekspansi ini, BSI berharap dapat mewujudkan misinya sebagai Top 10 Global Islamic Bank berdasarkan kapitalisasi pasar pada 2025. 

Hery mengatakan BSI akan memaksimalkan perannya untuk optimalisasi masuknya investor ke Indonesia. Adapun dana investasi yang diincar akan diprioritaskan untuk proyek-proyek pembangunan prioritas di dalam negeri.

“Mengoptimalkan potensi bisnis di Dubai tersebut sebagai jembatan penghubung antara Indonesia dan investor global, untuk menginvestasikan dananya pada proyek-proyek pemerintah, BUMN dan juga untuk proyek-proyek pembangunan lainnya di Tanah Air,” tegas Hery.

Sebelumnya, BSI lebih dulu merampungkan integrasi operasional dari tiga perusahaan induk sebelumnya, yakni PT Bank BRI Syariah, PT Bank Mandiri Syariah, dan PT BNI Syariah. Dengan penguatan ini, Hery menyebut BSI telah memiliki sistem operasional yang mumpuni untuk menggarap bisnis internasional.

Secara kinerja keuangan, BRIS meraup laba bersih Rp2,25 triliun pada kuartal III-2021. Laba bersih bank syariah terbesar di Indonesia ini melonjak 37% dibandingkan dengan kuartal III-2020 senilai Rp1,64 triliun.

Laba bersih yang tumbuh double digit ini dibarengi dengan efisiensi pada pos biaya dana atau cost of fund (CoF). BRIS mencatatkan penurunan CoF dari 2,7% menjadi 2,1% per kuartal III-2021.

Pembiayaan BRIS tumbuh sebesar 7,38% yoy pada kuartal III-2021 menjadi Rp163,3 triliun. Adapun Non Performing Financing (NPF) BRIS parkir di level 3% per September 2021.

Selain itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) BRIS juga mengalami peningkatan 9,32% yoy menjadi Rp219,2 triliun. Di samping itu, BRIS mencatatkan pendapatan berbasis jasa dan komisi atau fee based income syariah sebesar Rp417,3 miliar atau melejit 24,2% yoy. (*)

 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhamad Arfan Septiawan pada 05 Nov 2021