Pasar Modal
Penulis:Yunike Purnama

BANTUL - Tempe ternyata bukan hanya bisa dibuat dari kedelai, tapi juga bisa dari tanaman lain. Salah satunya adalah tanaman koro. Jenis yang banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia sendiri adalah jenis koro pedang. Salah satu kelompok tani yangmemanfaatkannya yaitu Kelompok Berlian Progo, Bantul.
Koro pedang merupakan jenis kacang koro yang masyarakat umum paling kenal untuk diolah menjadi tempe. Biji koro pedang mudah dikenali dari selimut kulit biji yang sangat tebal dan kulit biji tersebut menempel kuat yang sangat berbeda dengan kulit ari tipis pada kedelai.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Berlian Progo yang terletak di Desa Babakan RT 02 Pancasari Bantul Yogyakarta berhasil mengembangkan olahan kacang koro berkat dukungan dari Pertamina Patra Niaga.
Tim marketing UMKM Berlian Progo Ester mengatakan, akhir tahun 2020 para ibu rumah tangga di Bantul ditawarkan program oleh Pertamina dengan menggali potensi yang bisa digali yakni tempe koro.
Awalnya kacang koro tidak dilirik karena kesulitan mengolahnya dan tanamannya yang sudah langka, dibanding dengan kacang kedelai yang sudah banyak digunakan. Namun dengan adanya program CSR Pertamina Patra Niaga, akhirnya para anggota UMKM Berlian Progo mengkreasikan bahan baku untuk menjadi cemilan sehat.
“Akhirnya kami mengambil keputusan antimainstream dan pada program Pertamina CSR memberikan pelatihan dan alat-alat. Ada 13 orang yang dapat bantuan,” ujar Ester saat kunjungan media Pertamina Sumbagsel pada Rabu (5/11/2025).
Dengan pendampingan pelatihan dan bantuan alat dari Pertamina Patra Niaga diungkapkannya, akhirnya UMKM Berlian Progo bisa menghasilkan berbagai jenis cemilan, mulai dari tempe koro, keripik tempe, tempe bacem frozen, tempe mentah, susu kacang koro, bakpia koro dan lainnya.
Menurutnya, ada yang unik dari produknya, yakni tempe bacem frozen dan kue cookies koro yang belum banyak dijadikan ladang bisnis.
Produksi cemilan pun dilakukan secara rutin, dengan bahan baku 10 kilogram kacang koro yang diolah. Warga juga menjual kacang koro kering, yang bisa digunakan untuk bibit.
“Ada permintaan sampai 1 ton, tapi kami belum mampu untuk memenuhi permintaan. Tapi produk kami sudah menyebar di berbagai daerah di Indonesia, bahkan sudah sampai ke Korea,”ujarnya.
Dengan banyaknya penjualan dikatakannya, ada pemasukan bagi anggota yang awalnya hanya ibu rumah tangga saja. Sekitar tiga bulan sekali akan membagikan hasil penjualan secara merata. Untuk mengelola kacang koro, memang harus cukup telaten. Karena kacang koro mengandung asam sianida, yang bisa bereaksi jadi racun di dalam tubuh.
Agar kacang koro bisa dikonsumsi dijelaskannya, ada rangkaian proses pengolahan yang cukup detail. Yakni direndam dan direbus selama tiga hari berturut-turut dengan durasi penggantian air per 6 jam.
“Makanan ini cocok untuk pasien pengidap asam urat, apalagi gizinya hampir sama dengan kacang kedelai,”tuturnya.
Sementara itu anggota UMKM Berlian Progo lainnya, Indrani Fitri mengungkapkan, semua bagian dari tanaman kacang koro tersebut tidak ada yang terbuang. Dari kacangnya untuk berbagai bahan cemilan, air rendaman untuk menyiram halaman, untuk rendaman dan rebusan terakhir untuk minum ternak dan lainnya.
Lalu, kulit ari untuk pakan ternak, seperti bisa difermentasi pakai yogurt dan dikeringkan. Ada juga kulit luar biasa dijadikan briket arang, sehingga semua bagian kacang koro bermanfaat.
Dikatakannya, dulunya usaha tempe koro sempat hits di daerahnya, namun lama kelamaan berkurang drastis, diperparah dengan sedikitnya petani yang menanam tanaman kacang koro.
Dari program CSR Pertamina dungkapkannya, akhirnya tradisi pengelolaan kacang koro kembali dijalani. Bahkan bibitnya yang bagus diambil dari UGM, dengan kerjasama bareng Pertamina. Bibitnya lalu diberikan secara gratis kepada petani, agar mempermudah mendapatkan panen kacang koro yang bagus.
“Petani akhirnya menyimpan bibit dari hasil panen, lalu ditanam sendiri dan dijual ke UMKM Berlian Progo. Ada sekitar 10-15 orang petani yang menanam kacang koro,” ungkapnya.
Para petani memanfaatkan lahan di bantaran Sungai Progo, terutama di musim kemarau dimanfaatkan untuk menanam bibit kacang koro dengan masa 4 bulan panen.
Sedangkan Area Manager Communication, Relation and CSR Pertamina Patra Niaga Sumbagsel, Rusminto Wahyudi berkata, program CSR UMKM Berlian Progo tersebut sempat mendapatkan penghargaan Proper Mas 2023, dengan sukses dalam pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan nilai lebih dari suatu inovasi.
Apalagi lokasi CSR tempe koro di Yogyakarta yang menjadi salah satu program unggulan Pertamina Jawa Tengah di wilayah hulu. Dia berharap program tersebut Bisa membantu untuk disebarluaskan agar bermanfaat untuk masyarakat luas di Indonesia.
“Dukungan yang diberikan Pertamina yakni setiap kali membuat program 1-5 tahun berjalan. Program CSR tempe koro ini 5 tahun, ada target apa yang diberikan. Seperti pembangunan kapasitas, infrastruktur untuk mendukung produksi dan bisa memperluas pemasaran secara digitalisasi,” ujarnya.(*)